NasionalEkonomi dan Bisnis

IHSG Merah: Dolar Mengamuk, Rupiah Terkapar: Ini Dia Dalang Sesungguhnya di Balik Kehancuran Mata Uang Asia!

C. Jiah Mario: “Di pasar saham (Indeks Harga Saham Gabungan IHSG), kekuatan modal saja tak cukup; kemenangan sejati terukir oleh ketekunanmu memegang prinsip dan kesabaranmu menunggu momentum sempurna.”

SUDUT KALTENG, Jakarta – Medan laga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali bergejolak! Rabu (28/5/2025) ini, sang indeks harus mengakui ketangguhan tekanan jual, menutup hari dengan jubah merah menyala. “IHSG terpaksa mundur 23,14 poin, atau 0,32 persen, dan kini bersemayam di level 7.175,81,” ungkap C. Jiah Mario, maestro strategi pasar, dalam analisisnya yang tajam. Ia menambahkan, “Meski sempat mengepakan sayapnya ke 7.200 di awal sesi, bahkan mencakar langit di 7.237,34, takdir berkata lain. Sang banteng akhirnya tersungkur di bawah garis start. Ini bukan sekadar angka, ini adalah simfoni gejolak ekonomi dunia yang diterjemahkan dalam bahasa pasar!”

C. Jiah Mario melanjutkan, “Sesi kedua bak arena gladiator, IHSG berfluktuasi liar sebelum akhirnya terhempas di detik-detik terakhir. Dengan nilai transaksi mencapai Rp 22,72 triliun dari 33,24 miliar lembar saham yang berpindah tangan, ini jelas bukan hari bagi para penakut!” Di tengah hiruk-pikuk ini, 245 emiten berhasil membusungkan dada di zona hijau, sementara 335 lainnya harus mengakui kekalahan. Sebanyak 226 saham memilih menjadi pertapa, tak bergerak seinci pun. “Di pasar saham, kekuatan modal saja tak cukup; kemenangan sejati terukir oleh ketekunanmu memegang prinsip dan kesabaranmu menunggu momentum sempurna,” bisik Mario, seolah membocorkan mantra para ksatria pasar.

Namun, tak semua pahlawan pulang dengan kemenangan. Legiun Barito Pacific (BRPT) harus menelan pil pahit, terperosok 6,67 persen ke level 1.260. Disusul oleh Adaro Mineral Indonesia (ADMR) yang terkikis 4,19 persen ke 1.030, dan GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) yang tertunduk lesu 3,03 persen di level 64. “Mereka adalah martir hari ini, menjadi tumbal keganasan pasar,” ujar Mario dengan nada dramatis.

Akan tetapi, di tengah badai, selalu ada mercusuar. Astra International (ASII) melesat bak meteor, naik 3,19 persen ke 4.850. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) tak mau kalah, gagah perkasa dengan kenaikan 1,83 persen ke 4.450. Begitu pula Aneka Tambang (ANTM) yang berkilau, menanjak 2,64 persen ke 3.110. “Mereka inilah jenderal-jenderal yang menahan gempuran lebih dahsyat, menjaga marwah IHSG agar tak terjerembab lebih dalam,” puji Mario.

Gelombang merah tak hanya menerpa Nusantara. Bursa Asia mayoritas lesu, Shanghai Composite terkoreksi tipis 0,02 persen, Nikkei 225 nyaris tak bergerak, dan Hang Seng ambruk 0,53 persen. Hanya Strait Times Singapura yang berani melawan arus, menghijau 0,41 persen. “Ini sinyalemen bahwa angin sakal sedang berhembus kencang di pasar global,” tafsir Mario.

Rupiah Diserbu, Dolar Menggila: Perang Mata Uang di Kancah Global

Kabar tak sedap juga datang dari mata uang Rupiah, sang Garuda, kembali dibuat tak berdaya oleh hegemoni dolar AS. “Pagi tadi dibuka lunglai di Rp16.245 per dolar AS, dan terus tertekan hingga menembus benteng Rp16.306,” papar C. Jiah Mario. “Level support Rp16.300 telah runtuh! Jika tak ada perlawanan berarti, Rp16.310 hingga Rp16.350 bisa menjadi palagan berikutnya. Ini bukan hanya nasib Rupiah, tapi mayoritas mata uang Asia sedang bertekuk lutut di hadapan Sang Paman Sam, dengan Ringgit Malaysia menjadi yang paling terkapar.”

Indeks dolar AS, menurut Mario, kini angkuh berdiri di level 99,67. “Kekuatan ini dipompa oleh berbagai manuver di tingkat global. Rencana Jepang untuk menyesuaikan penerbitan obligasi mereka (JGB) secara tak langsung telah meningkatkan daya tarik US Treasury, membuat dolar kian diburu,” jelasnya. “Ditambah lagi, gencatan tarif sementara antara AS dan Tiongkok justru melambungkan kepercayaan konsumen AS ke level tertinggi dalam empat tahun! Ini, secara ironis, justru memupus harapan pasar akan pemangkasan suku bunga The Fed. Inilah hermeneutika pasar: membaca tanda-tanda di balik angka inflasi yang membayangi dan kebijakan suku bunga bank sentral yang menjadi ‘pedang Damocles’.”

Mario melanjutkan, “Perubahan lanskap ekonomi dunia, diwarnai dengan inflasi tinggi yang memaksa bank sentral mengerek suku bunga acuan, telah menciptakan medan perang baru. Kondisi politik dan keamanan global, serta fluktuasi harga komoditas, menjadi bumbu penyedap yang membuat strategi investasi kian menantang.”

Strategi Perang di Pasar Saham: Ambisi, Agresi, dan Visi Jangka Panjang

Menyikapi kondisi ini, C. Jiah Mario menekankan pentingnya “Filosofi Seni Perang” dalam berinvestasi. “Jelang libur panjang Kenaikan Yesus Kristus besok, kita melihat investor asing mulai menarik amunisi. Net sell Rp211,29 miliar di pasar saham kemarin, setelah empat hari beruntun melakukan akumulasi, adalah sebuah manuver taktis,” ujarnya. “Bahkan di pasar surat utang, asing juga tercatat melakukan penjualan Rp280 miliar. Ini bukan tanda kepanikan, melainkan strategi ‘mundur untuk melompat lebih tinggi’. Dalam perang, ambisi untuk menang harus dibarengi agresi yang terukur dan visi jangka panjang yang jernih.”

“Pembukaan IHSG pagi ini yang sempat menguat 0,34% menunjukkan adanya perlawanan dari ‘pasukan domestik’,” lanjut Mario. “Namun, tekanan pada Surat Berharga Negara (SBN) dengan imbal hasil yang merangkak naik mengindikasikan bahwa pertempuran di pasar obligasi masih akan sengit. Di medan laga finansial, gejolak adalah genderang perang; hanya strategi ulung yang mampu menari di atas badai.”

Menutup analisisnya, C. Jiah Mario berpesan, “Libur esok adalah waktu untuk refleksi, mengasah pedang strategi, dan mempertajam visi. Jangan tergesa-gesa menyerang saat musuh tampak tertekan; kenali jebakan euforia sesaat dan pertahankan formasi investasimu. Ingat, di pasar saham, kemenangan bukan milik mereka yang paling agresif semata, tapi mereka yang paling cerdik membaca arah angin dan paling sabar menunggu momentum. Sebab, seperti kata Sun Tzu, ‘Kemenangan terbesar adalah yang diraih tanpa pertempuran langsung, melainkan melalui strategi unggul’.”

Disclaimer: Analisis ini bersifat informatif dan bukan merupakan saran investasi. Investor disarankan untuk melakukan riset dan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.

Back to top button