
IHSG Menari di Atas Angka Psikologis 7.100: Kemenangan Sejati atau Ilusi Megah yang Menipu?
C. Jiah Mario: “IHSG—Siapa yang menguasai pengetahuan, menguasai pasar. Investasi adalah perang, dan pengetahuan adalah kunci untuk menang.”
SUDUT KALTENG, Jakarta – Di tengah hiruk pikuk pasar yang tak ubahnya medan perang abadi, Sang Jenderal Pasar Saham, C. Jiah Mario, mengurai taktik dan strategi di balik pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang penuh teka-teki. “Siapa yang menguasai pengetahuan, menguasai pasar. Investasi adalah perang, dan pengetahuan adalah kunci untuk menang,” demikian C. Jiah Mario membuka analisisnya, menyikapi penguatan IHSG jelang tirai libur panjang diturunkan.
Menurut C. Jiah Mario, pentas bursa pada hari Kamis (5/6/2025) menyajikan sebuah drama klasik peperangan. “Lihatlah, IHSG ditutup dengan panji kemenangan di level 7.113,43, menguat 0,63%. Namun, seorang panglima sejati tak hanya melihat kibaran bendera,” ujarnya. “Di balik deru 22,37 miliar saham yang bertransaksi senilai Rp 15,38 triliun, tersembunyi formasi 279 saham pemenang melawan 332 yang terdesak mundur. Ini adalah seni mengetahui kapan harus menyerang dan kapan harus bertahan.”
Kapitalisasi pasar yang merangkak naik menjadi Rp 12.411,13 triliun, bagi C. Jiah Mario, adalah penambahan logistik dan amunisi. “Sektor bahan baku yang memimpin dengan kenaikan 3,45% adalah kavaleri kita, menerjang di garis depan. Utilitas dan teknologi menyusul, bak pasukan infanteri dan pemanah yang mengamankan kemenangan,” tuturnya.
Sang Jenderal menyoroti peran sentral para “Maharaja Pasar Modal”. “Pasukan elite dari emiten tambang Grup Salim (AMMN) menjadi garda terdepan, menyumbang 16,58 poin bagi kekuatan indeks. Tak kalah dahsyat, legiun Prajogo Pangestu melalui BRPT yang melesat 17,05%, TPIA, dan BREN, secara kolektif memperkokoh benteng IHSG dengan sumbangan puluhan poin. Ini adalah contoh ‘penggunaan pasukan khusus untuk hasil maksimal’,” tegas C. Jiah Mario. “Bahkan, benteng pertahanan perbankan seperti BMRI, BBNI, dan BBRI turut mempertebal tembok pertahanan.”
Menjelang libur panjang hingga Selasa (10/6/2025), C. Jiah Mario mewanti-wanti, “Jeda ini bukan berarti perang usai. Ini adalah kesempatan untuk ‘memperdalam parit dan menajamkan tombak’. Investor harus cermat, sebab ‘setiap keputusan di medan perang memiliki konsekuensi strategis’.”
Genderang Perang dari Arena Global: Inflasi, Suku Bunga, dan Intrik Geopolitik
C. Jiah Mario kemudian mengalihkan teleskop perangnya ke kancah global, di mana badai sentimen berkecamuk. “Data tenaga kerja AS yang dirilis ibarat laporan mata-mata dari garis musuh; ia memberi sinyal kekuatan atau kelemahan lawan. Serangan Israel ke Suriah adalah dentuman meriam yang menggetarkan stabilitas kawasan, mengirim gelombang kejut ke seluruh pasar keuangan dunia,” paparnya.
Kritik tajam Presiden AS Donald Trump terhadap Ketua Federal Reserve Jerome Powell, menurut C. Jiah Mario, adalah “perang urat syaraf di tingkat tertinggi”. “Trump, dengan menyebut Powell ‘tidak bisa dipercaya’ dan mendesak penurunan suku bunga setelah data ADP yang lemah, sedang mencoba ‘menggoyang moral pimpinan lawan’,” analisisnya. “Ini adalah taktik ‘memaksa musuh bertindak sesuai keinginan kita’. Perbandingan dengan Bank Sentral Eropa yang telah memangkas suku bunga berkali-kali adalah upaya ‘menunjukkan bahwa strategi lawan sudah usang’.”
Powell, yang bersikukuh pada data ekonomi dan analisis objektif, digambarkan C. Jiah Mario sebagai “panglima yang berpegang teguh pada peta dan kompas, menolak terpengaruh oleh bisikan-bisikan di luar strategi utama.” Pertemuan The Fed yang dijadwalkan pada 17-18 Juni 2025, dengan suku bunga acuan di kisaran 4,25% hingga 4,5%, menjadi “titik krusial di mana strategi besar akan ditentukan.”
“Lihatlah bagaimana pasar merespons,” lanjut C. Jiah Mario. “Penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS adalah tanda bahwa ‘pasukan mulai mengantisipasi perubahan arah angin’. Sektor-sektor sensitif suku bunga yang menggeliat naik adalah ‘pasukan yang bersiap memanfaatkan celah’.”
Seni Perang di Tengah Badai Inflasi dan Suku Bunga
Menurut C. Jiah Mario, inflasi tinggi yang terus membayangi adalah musuh tak kasat mata yang menggerogoti daya beli dan stabilitas ekonomi. “Inflasi adalah ‘api yang membakar lumbung padi dari dalam’. Kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral adalah upaya ‘memadamkan api tersebut’, meski terkadang harus ‘mengorbankan sebagian panen’ dalam bentuk perlambatan pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
“Ketika The Fed mempertahankan atau bahkan menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi di AS,” lanjutnya, “itu menciptakan ‘tekanan ke atas’ pada kurs mata uang negara lain, termasuk Rupiah. Ini adalah ‘perang proksi’ di mana kekuatan Dolar AS diuji.” Harga komoditas global, seperti minyak dan logam industri, menjadi “logistik vital yang harganya diperebutkan oleh semua pihak yang berperang dalam ekonomi global.”
Kondisi politik dan keamanan, baik domestik maupun internasional, diibaratkan C. Jiah Mario sebagai “medan dan cuaca pertempuran”. “Stabilitas politik adalah ‘tanah yang kokoh’ untuk membangun benteng ekonomi. Gejolak geopolitik adalah ‘badai yang dapat meruntuhkan pertahanan terkuat sekalipun’.” Perubahan lanskap ekonomi dunia, seperti pergeseran rantai pasok atau aliansi ekonomi baru, adalah “pemetaan ulang wilayah kekuasaan yang memaksa setiap pemain untuk beradaptasi atau tersingkir.”
“Dalam menghadapi semua ini,” pungkas C. Jiah Mario, “prinsipnya tetap relevan. ‘Kenali musuhmu (inflasi, volatilitas, kebijakan bank sentral lawan), kenali dirimu (profil risiko, kekuatan modal), maka seratus pertempuran pun tak perlu kau takuti.’ IHSG mungkin menguat hari ini, namun peperangan sesungguhnya adalah maraton, bukan sprint. Gunakan libur panjang ini untuk mengasah pedangmu dan memperkuat perisaimu, karena peluang selalu datang kepada mereka yang siap.”
Disclaimer: Analisis ini bersifat informatif dan bukan merupakan saran investasi. Investor disarankan untuk melakukan riset dan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.