NasionalEkonomi dan Bisnis

IHSG Dibawah Bombardir Global: Ini Bukan Kekalahan, Tapi Manuver Perang Ekonomi!

C. Jiah Mario: “Setiap tren di IHSG ibarat komet, melesat cepat dan redup tiba-tiba. Jangan pernah mengejar ‘ekornya’ yang sudah lewat, namun prediksikanlah ‘orbit’ pergerakannya, dan posisikan dirimu untuk profitabilitas jangka panjang yang berkelanjutan.”

SUDUT KALTENG, Jakarta – Arena pertempuran Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami hari yang sulit, di bawah tekanan hebat dari berbagai penjuru mata angin global, sang indeks menyerah dan mundur teratur 110,75 poin, atau 1,54%, untuk mendirikan barikade pertahanan baru di level 7.065,06 pada penutupan Senin (2/6).

“Ini bukanlah kekalahan, melainkan manuver strategis di tengah kabut perang ekonomi,” ujar C. Jiah Mario, seorang maestro strategi pasar. “Di medan perang ini, 453 batalion saham dipaksa mundur, sementara hanya 195 yang mampu melakukan serangan balasan. Ini adalah cermin dari kebrutalan pasar saat ketidakpastian menjadi panglima tertinggi.”

Menurut C. Jiah Mario, hanya satu legiun yang mampu bertahan dari gempuran dahsyat ini, sektor barang baku, yang berdiri kokoh dengan kenaikan 0,59%. Ini adalah benteng terakhir yang dipertahankan oleh para jenderalnya seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang meroket 6,75% dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang melesat 4,95%. “Ketika seluruh pasukan terdesak, perhatikanlah mereka yang justru menemukan celah untuk menyerang. Komoditas adalah emas di tengah api peperangan,” jelasnya.

Namun, garda terdepan dari kekuatan pasar domestik, yakni sektor keuangan, justru menjadi korban terbesar dengan kemunduran 1,80%. Raksasa seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menerima pukulan telak, masing-masing -5,62% dan -7,00%.

“Setiap gejolak pasar adalah guru yang bisu; ia mengajarkan disiplin bagi yang waspada dan menghukum keras mereka yang serakah,” tegas C. Jiah Mario. “Melihat benteng perbankan goyah adalah sinyal untuk memeriksa kembali amunisi dan memperkuat pertahanan portofolio Anda. Jangan berperang melawan badai, belajarlah menungganginya.”

C. Jiah Mario menafsirkan kejatuhan hari ini bukan sebagai akibat dari satu faktor tunggal, melainkan hasil dari sebuah perang multi-front yang kompleks. Lanskap global kini dipenuhi oleh agresi, manuver tipuan, dan ambisi para adidaya ekonomi.

“Di panggung global, kita menyaksikan seni perang tingkat tertinggi,” katanya. “Ada harapan pemangkasan suku bunga dari Eropa, sebuah manuver untuk menyuntikkan semangat baru. Namun, pada saat yang sama, dari Amerika Serikat, muncul agresi kebijakan fiskal dan tarif yang tak terduga dari seorang panglima perang seperti Donald Trump. Ini adalah disinformasi yang dirancang untuk menciptakan kekacauan.”

Ketidakpastian ini, menurutnya, adalah senjata psikologis paling ampuh. Kebijakan tarif AS yang berubah dalam hitungan hari, tuduhan terhadap Tiongkok, yang kemudian diikuti dengan ajakan negosiasi, adalah taktik klasik untuk membuat lawan lengah dan bingung.

“Bank sentral dunia kini ibarat dewan jenderal yang sedang berdebat,” lanjut C. Jiah Mario. “The Fed di AS menahan pasukan cadangannya (suku bunga) meski inflasi mulai jinak. Mereka tahu, melepaskan kekuatan terlalu dini bisa menjadi bumerang di tengah ancaman utang $4 triliun yang dapat diciptakan oleh kebijakan fiskal Trump. Di sisi lain, ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina adalah genderang perang di perbatasan yang suaranya menggema hingga ke lantai bursa Jakarta.”

Di tengah volatilitas pasar global yang terus bergejolak, pakar investasi C. Jiah Mario tampil dengan pandangan yang berani, menekankan tiga pilar strategi yang terinspirasi dari filosofi kuno “The Art of War”: Ambisi, Agresi, dan Visi Jangka Panjang. Mario menegaskan bahwa di era ketidakpastian ini, para investor harus mengubah pola pikir dari sekadar bertahan menjadi menaklukkan pasar.

Menurut C. Jiah Mario, seorang investor sejati tidak boleh hanya bertujuan untuk bertahan hidup di pasar. “Seorang investor sejati tidak masuk pasar hanya untuk bertahan hidup; ia masuk untuk menaklukkan,” ujar Mario. Ia melihat kejatuhan pasar, seperti yang terjadi belakangan ini, bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai kesempatan emas yang langka. “Kejatuhan pasar seperti hari ini bukanlah alasan untuk takut, melainkan kesempatan emas yang diberikan oleh dewa perang untuk mengakumulasi kekuatan dengan harga murah.”

Pilar kedua yang disoroti adalah agresi cerdas. Mario menjelaskan bahwa agresi dalam konteks investasi bukanlah tentang menyerang secara membabi buta, melainkan tentang memahami kapan harus memanfaatkan titik lemah di pasar. “Agresi dalam investasi bukanlah tentang menyerang secara membabi buta, melainkan mengetahui kapan harus menyerang titik lemah musuh,” jelasnya. Ia mencontohkan bagaimana ketika sektor keuangan runtuh, sektor komoditas justru mengalami lonjakan. “Ketika sektor keuangan runtuh, para jenderal komoditas justru berpesta. Inilah agresi yang cerdas: mengalihkan kekuatan ke sektor yang memiliki momentum, sementara yang lain panik.”

Terakhir, C. Jiah Mario menekankan pentingnya visi jangka panjang. Ia mengingatkan para investor untuk tidak terpaku pada pergerakan harian pasar yang penuh gejolak. “Seorang prajurit hanya melihat pertempuran di depannya, tetapi seorang panglima besar melihat akhir dari perang itu sendiri,” tutur Mario. Baginya, volatilitas harian hanyalah badai sesaat yang tidak boleh menggoyahkan keyakinan investor sejati. “Jangan tertipu oleh volatilitas harian. Seorang visioner sejati tidak akan goyah oleh badai sesaat.”

“Setiap tren di IHSG ibarat komet, melesat cepat dan redup tiba-tiba. Jangan pernah mengejar ‘ekornya’ yang sudah lewat, namun prediksikanlah ‘orbit’ pergerakannya, dan posisikan dirimu untuk profitabilitas jangka panjang yang berkelanjutan.”

Dengan rupiah yang bertahan di benteng Rp 16.290 dan IHSG yang mendekati garis pertahanan kritis 7.000, minggu ini akan menjadi ujian sejati bagi para investor. Laporan ketenagakerjaan AS dan pidato para pejabat The Fed akan menjadi sinyal asap yang menentukan apakah pasukan akan maju atau kembali mundur.

“Kenali dirimu, kenali medan perangmu,” tutup C. Jiah Mario. “Di tengah badai ketidakpastian, sang investor bijak tidak membangun tembok untuk berlindung, melainkan membangun kincir angin untuk memanfaatkan energi badai tersebut. Kemenangan telah disiapkan bagi mereka yang waspada.”

Disclaimer: Analisis ini bersifat informatif dan bukan merupakan saran investasi. Investor disarankan untuk melakukan riset dan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.

Back to top button