NasionalEkonomi dan Bisnis

Panik di Lantai Bursa IHSG! Ketika Inflasi dan Suku Bunga Jadi Pedang Bermata Dua, Siapa yang Terluka Paling Parah?!

C. Jiah Mario: “Jangan terlena umpan semu nan rancu di IHSG, Layaknya hyena, jeli melihat ilusi pasar. Berita simpang siur, analisis abu-abu, tetap tenang, logika jadi kompasmu pasti dalam setiap pergerakan IHSG.”

SUDUT KALTENG, Jakarta – Medan laga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali bergejolak. Selasa sore, sang benteng pertahanan di 7.044,82 akhirnya sedikit runtuh, terkikis 20,25 poin atau 0,95 persen. Ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan strategi besar di panggung dunia, di mana setiap pergerakan adalah manuver yang penuh perhitungan. “Dalam ‘Seni Perang’, Sun Tzu mengajarkan untuk mengenali medan dan cuaca sebelum bertempur. Hari ini, cuaca pasar sedang diliputi kabut ketidakpastian,” ujar C. Jiah Mario, seorang maestro strategi pasar. “Gempuran perang tarif antara Sang Naga (China) dan Sang Elang (Amerika Serikat) adalah badai geopolitik yang getarannya sampai ke lantai bursa kita. Investor yang bijak tidak akan berlayar tanpa kompas di tengah badai seperti ini.”

Menurut C. Jiah Mario, pertempuran ini tidak hanya terjadi di luar, tetapi juga di dalam negeri. Inflasi yang meninggi adalah musuh dalam selimut yang menggerogoti daya beli, sementara kenaikan suku bunga acuan bank sentral adalah pedang bermata dua. “Ini adalah taktik pertahanan yang menyakitkan namun perlu. Bank sentral sedang memperkuat benteng moneter, mengorbankan sebagian prajurit (pertumbuhan ekonomi jangka pendek) untuk memenangkan perang melawan inflasi,” jelasnya. Kurs mata uang yang bergejolak dan harga komoditas global yang fluktuatif menjadi amunisi tambahan bagi lawan, menuntut kewaspadaan tingkat tertinggi.

Di tengah kekacauan ini, C. Jiah Mario menyerukan sebuah filosofi perang yang agung untuk para investor. “Jangan terlena umpan semu nan rancu di IHSG. Layaknya hyena, jeli melihat ilusi pasar. Berita simpang siur, analisis abu-abu, tetap tenang, logika jadi kompasmu pasti dalam setiap pergerakan IHSG,” tegasnya. Ia menambahkan bahwa seorang jenderal yang hebat tahu kapan harus menyerang, bertahan, atau bahkan mundur sejenak untuk menyusun kembali kekuatan. “Kepanikan adalah kemenangan pertama bagi lawanmu. Kuasai dirimu, maka kau akan kuasai pasar.”

Peta pertempuran hari ini menunjukkan adanya siasat terpisah di berbagai lini. Enam sektor berhasil melakukan serangan balik, dipimpin oleh kavaleri transportasi & logistik yang melesat 0,84 persen. Namun, lima sektor lainnya terpaksa mundur, dengan sektor industri mengalami pukulan paling telak, anjlok 1,72 persen. Ini adalah bukti bahwa bahkan saat pasukan utama terdesak, unit-unit khusus (saham seperti TMPO, AXIO, ZYRX) masih bisa menemukan celah untuk meraih kemenangan kecil. Di sisi lain, saham-saham seperti BAJA dan SMIL menjadi korban dari strategi bertahan lawan. Dengan nilai transaksi mencapai Rp14,49 triliun dari 1,25 juta kali transaksi, intensitas pertempuran hari ini sangatlah tinggi.

Sementara itu, di medan perang regional Asia, hasilnya beragam. Benteng Nikkei di Tokyo sedikit melemah, namun Hang Seng Hong Kong dan Shanghai justru melancarkan serangan balasan yang kuat. Ini menunjukkan bahwa perang ini berskala global, dengan setiap wilayah memiliki dinamika dan strateginya sendiri.

“Ingatlah,” tutup C. Jiah Mario dengan nada bijak, “Pasar saham adalah lautan kemungkinan, bukan kolam kepastian. Jenderal yang menang adalah mereka yang membuat perhitungan paling matang di kuilnya sebelum pertempuran dimulai. Pelajari petanya, kenali musuhmu, dan yang terpenting, kenali dirimu sendiri.”

Disclaimer: Analisis ini bersifat informatif dan bukan merupakan saran investasi. Investor disarankan untuk melakukan riset dan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.

Back to top button