
Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja gemilang pada perdagangan pekan ini, tidak hanya mengungguli rekan-rekannya di kawasan ASEAN, namun juga mencatatkan pertumbuhan tertinggi di seluruh Asia. Pada penutupan perdagangan Jumat (25/4/2025), IHSG kokoh di level 6.678,92, menguat signifikan sebesar 0,99% dibandingkan hari sebelumnya. Secara kumulatif, sepanjang pekan ini, IHSG melesat 3,74%, sebuah peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 2,81% pada pekan sebelumnya.
Keperkasaan IHSG ini jauh melampaui kinerja indeks utama di negara tetangga ASEAN seperti Straits Times Singapura (2,78%), PSEI Filipina (2,19%), SETI Thailand (0,7%), dan KLCI Malaysia (0,65%). Bahkan, jika dibandingkan dengan indeks-indeks raksasa Asia lainnya, performa IHSG tetap yang teratas. Nikkei 225 Jepang (2,81%), Hang Seng Hong Kong (2,74%), Kospi Korea Selatan (2,53%), Weighted Index Taiwan (2,46%), Sensex India (1,91%), dan Shanghai Composite China (0,56%) semuanya berada di bawah capaian IHSG.
Menanggapi fenomena ini, C. Jiah Mario, seorang analis strategi investasi keuangan, memberikan pandangannya. “Kinerja impresif IHSG pekan ini bukan sekadar angka statistik yang menggembirakan. Ini adalah cerminan dari berbagai faktor, termasuk pemahaman pasar yang cepat dan tepat oleh para pelaku investasi di Indonesia,” ujarnya.
C. Jiah Mario menjelaskan bahwa performa IHSG yang menonjol ini perlu dilihat dalam konteks lanskap geopolitik dan ekonomi global yang dinamis, terutama rivalitas antara Amerika Serikat dan China. Perang dagang yang berkepanjangan antara kedua negara adidaya ini telah menciptakan ketidakpastian dan peluang di berbagai belahan dunia.
“Ketegangan perdagangan AS-China memaksa banyak perusahaan untuk melakukan diversifikasi rantai pasokan mereka. Indonesia, dengan potensi pasar domestik yang besar, sumber daya alam yang melimpah, dan stabilitas politik yang relatif terjaga, menjadi salah satu tujuan menarik bagi investasi asing,” papar C. Jiah Mario.
Kenaikan IHSG ini bisa menjadi indikasi bahwa pasar melihat Indonesia sebagai ‘safe haven’ atau setidaknya sebagai alternatif investasi yang menarik di tengah gejolak global. Dari sisi ekonomi, fundamental Indonesia yang cukup solid, termasuk pertumbuhan ekonomi yang stabil dan upaya pemerintah dalam menarik investasi, turut menjadi pendorong sentimen positif di pasar modal.
Kebijakan-kebijakan yang pro-investasi dan reformasi struktural memberikan keyakinan kepada investor, baik domestik maupun asing. “Namun, kita juga tidak bisa mengabaikan faktor regional. Stabilitas di kawasan ASEAN dan prospek pertumbuhan ekonomi yang kolektif juga memberikan kontribusi positif terhadap sentimen investor di Indonesia,” tambah C. Jiah Mario.
Strategi “Siapa yang lebih dulu memahami kondisi pasar, dialah yang akan lebih dulu meraih kemenangan” sangat relevan dalam menganalisis kinerja IHSG saat ini. C. Jiah Mario menekankan bahwa investor yang mampu membaca sinyal-sinyal pasar lebih awal, memahami implikasi dari dinamika geopolitik dan ekonomi global terhadap Indonesia, dan mengambil posisi yang tepat, cenderung mendapatkan keuntungan lebih besar.
“Kenaikan IHSG ini bisa jadi merupakan respons dari investor yang lebih dulu menyadari potensi Indonesia di tengah perubahan lanskap global. Mereka melihat peluang dari relokasi rantai pasokan, peningkatan investasi asing, dan stabilitas ekonomi domestik sebelum mayoritas pasar menyadarinya,” jelasnya.
Investor yang reaktif, yang baru masuk pasar setelah tren kenaikan sudah jelas, berpotensi kehilangan sebagian besar keuntungan. Sebaliknya, investor yang proaktif, yang melakukan riset mendalam, memahami tren global, dan berani mengambil posisi lebih awal berdasarkan analisis yang kuat, memiliki peluang untuk “memanen” keuntungan lebih besar.
C. Jiah Mario menekankan bahwa kemenangan dalam investasi tidak hanya ditentukan oleh seberapa besar modal yang dimiliki, tetapi juga oleh ketepatan posisi. “Analogi sederhananya seperti dalam peperangan. Pasukan yang menempati posisi strategis memiliki keunggulan taktis, bahkan jika jumlahnya tidak lebih banyak dari musuh,” ujarnya.
Dalam konteks investasi, “posisi” merujuk pada alokasi aset yang tepat, pemilihan sektor yang memiliki prospek pertumbuhan, dan waktu masuk (entry point) yang strategis. Investor yang mampu mengidentifikasi sektor-sektor yang akan diuntungkan dari perubahan geopolitik (misalnya, sektor manufaktur yang menerima relokasi pabrik), atau kebijakan ekonomi pemerintah (misalnya, sektor infrastruktur yang didorong oleh investasi), dan masuk pada harga yang wajar, memiliki posisi yang lebih kuat untuk meraih keuntungan.
“Penting bagi investor untuk tidak hanya mengikuti arus atau FOMO (Fear of Missing Out). Mereka perlu melakukan analisis fundamental yang mendalam, memahami risiko dan peluang, serta membangun portofolio investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan mereka,” saran C. Jiah Mario.
Lebih lanjut, ia menambahkan, kenaikan IHSG ini adalah pengingat bahwa pasar selalu bergerak dan peluang selalu ada. Namun, untuk meraih kemenangan, investor perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang kondisi pasar, berani mengambil posisi berdasarkan analisis yang kuat, dan memiliki perspektif jangka panjang.
Dengan pemahaman yang komprehensif tentang dinamika global dan kemampuan untuk membaca arah pasar, investor dapat memanfaatkan momentum seperti yang terjadi pada IHSG saat ini untuk mencapai tujuan keuangan mereka. Kemenangan dalam investasi adalah buah dari pemahaman yang mendalam dan pengambilan posisi yang tepat waktu.(SK-1)
Disclaimer: Berita ini bersifat informatif dan bukan merupakan saran investasi. Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca.