NasionalEkonomi dan Bisnis

IHSG Menari Bebas Saat The Fed Tebar Ancaman ‘Kiamat’ Ekonomi Trump!

Jakarta – Pasar saham Indonesia kembali menyajikan drama menegangkan! Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya berhasil mengakhiri perdagangan Jumat (9/5/2025) di zona hijau, menguat tipis 0,07% atau 5,05 poin ke level 6.832,8. Namun, pergerakan yang fluktuatif sejak pembukaan hingga sempat terjerembab ke zona merah, dengan rentang perdagangan antara 6.811,77 hingga 6.882,31, menjadi sorotan tajam para pelaku pasar.

“Ini adalah pertunjukan klasik pasar modal di tengah turbulensi global,” ujar C. Jiah Mario, seorang analis pasar modal, memberikan ulasannya secara eksklusif. “IHSG sedang menari di atas panggung yang dipenuhi ketidakpastian geopolitik dan perubahan lanskap ekonomi dunia.”

Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat nilai transaksi mencapai Rp9,01 triliun dengan volume 19,18 miliar saham dan frekuensi 1,11 juta kali. Aksi beli terpantau pada 247 saham, berbanding terbalik dengan tekanan jual yang menghantam 341 saham, sementara 217 saham lainnya stagnan.

Sektor kesehatan, properti, dan teknologi tampil sebagai penyelamat IHSG, masing-masing mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 1,63%, 0,32%, dan 0,08%. Sektor keuangan juga turut memberikan kontribusi positif dengan penguatan 0,07%. Sebaliknya, sektor transportasi harus menanggung beban terberat dengan koreksi mencapai 0,8%.

Sejumlah saham di sektor kesehatan seperti PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) yang melesat 6,77%, PT Mitra Keluarga Tbk (MIKA) yang menguat 3,53%, dan PT Jayamas Medica Industri Tbk (OMED) dengan kenaikan 1,88% menjadi bintang lapangan. Di sektor properti, PT Repower Asia Indonesia Tbk (REAL) terbang tinggi 7,89%, diikuti PT Sentul City Tbk (BKSL) yang melambung 5,88%, dan PT Royalindo Investa Wijaya Tbk (INDO) yang menguat 4,65%.

Indeks LQ45 yang berisi saham-saham blue-chip juga tak ketinggalan mencatatkan penguatan sebesar 0,21% ke level 765,37. Beberapa saham unggulan yang menjadi motor penggerak LQ45 antara lain PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang melonjak 4,65% dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan kenaikan 3,62%. Saham-saham berkapitalisasi besar lainnya seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) juga turut menghijau.

Namun, di balik optimisme terbatas di pasar domestik, bursa regional Asia menunjukkan tren yang bervariasi. Indeks Nikkei 225 Jepang dan Strait Times Singapura mencatatkan kenaikan signifikan, sementara bursa Hong Kong juga menguat. Sebaliknya, bursa Shanghai dan KOSPI Korea Selatan justru terkoreksi.

“Perbedaan arah bursa Asia ini mencerminkan sensitivitas masing-masing negara terhadap dinamika geopolitik global dan kebijakan ekonomi negara-negara besar,” jelas C. Jiah Mario.

Lebih lanjut, Mario menyoroti keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang mempertahankan suku bunga acuan. Meskipun pasar merespons positif, peringatan The Fed terkait meningkatnya risiko inflasi dan pengangguran di tengah ketidakpastian kebijakan tarif Presiden Donald Trump menjadi perhatian serius.

“Ketidakpastian kebijakan The Fed, yang dipengaruhi oleh langkah-langkah proteksionisme AS, menciptakan tekanan tidak langsung pada pasar negara berkembang, termasuk Indonesia,” ungkap Mario. “Investor perlu mencermati setiap sinyal dari The Fed dan dampaknya terhadap arus modal global.”

Di sisi lain, rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 di kawasan Asia Tenggara turut mewarnai sentimen pasar. Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,87% (yoy) masih lebih baik dibandingkan beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand, angka ini menjadi yang terlemah sejak kuartal III-2021.

“Perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Investor akan mengamati langkah-langkah strategis yang diambil untuk menjaga momentum pertumbuhan di tengah tantangan global,” Mario.

Menariknya, di tengah perlambatan, Indonesia masih unggul dibandingkan mayoritas negara ASEAN-5, hanya kalah dari Filipina yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sendiri menyatakan optimisme pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi melalui APBN.

“Posisi Indonesia yang relatif solid di antara negara tetangga memberikan sedikit angin segar. Namun, investor tidak boleh lengah. Pemilihan saham yang tepat dan strategi investasi yang adaptif menjadi kunci untuk menavigasi pasar yang penuh gejolak ini,” pungkas Mario.

Dengan demikian, pergerakan IHSG hari ini menjadi cerminan betapa eratnya kaitan pasar modal Indonesia dengan dinamika geopolitik dan perubahan lanskap ekonomi global. Investor dihadapkan pada tantangan untuk tetap tenang dan rasional dalam mengambil keputusan investasi, sambil terus memantau perkembangan global dan kebijakan pemerintah.

Back to top button