
IHSG Terjun Bebas! Ada Apa Dengan Indonesia?
SUDUT KALTENG, Jakarta – Sebuah kejutan mengguncang pasar saham Indonesia! Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mendadak terperosok ke zona merah pada penutupan perdagangan Selasa (20/5/2025), mencetak penurunan tajam 46,48 poin (0,65%) ke posisi 7.094,6. Total transaksi yang mencapai Rp16,16 triliun dengan 25,61 miliar saham diperdagangkan menunjukkan betapa panasnya pergerakan pasar. Namun, di tengah guncangan ini, nilai tukar rupiah justru perkasa, menguat 0,09% ke Rp16.415/US$ pada pukul 17.00 WIB.
Sorotan utama pelaku pasar tertuju pada sektor-sektor yang menjadi pemberat utama laju IHSG. Saham konsumen non primer (-1,24%), perindustrian (-1,18%), dan konsumen (-1,16%) menjadi biang keladi di balik ambruknya indeks. Saham-saham seperti PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) anjlok 10,9%, disusul PT Lupromax Pelumas Indonesia Tbk (LMAX) ambles 10%, dan PT Global Teleshop Tbk (GLOB) yang terpeleset 9,09%. Bahkan, saham-saham blue chip yang tergabung dalam LQ45 juga ikut terjerembab, melemah 1,12% ke posisi 802,54, dengan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) menjadi korban.
Ada Apa di Balik Aksi Jual Masif Ini?
Menurut analis pasar saham, C. Jiah Mario, “Penurunan IHSG yang mendadak ini bukan sekadar fluktuasi biasa. Ini adalah sinyal kuat dari dampak isu geopolitik dan perubahan lanskap ekonomi global yang mulai merasuk ke dalam pasar domestik.”
Jiah Mario menyoroti bahwa pelemahan IHSG terjadi di tengah krusialnya pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang sedang merumuskan kebijakan suku bunga acuan. Pasar menanti dengan napas tertahan pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI esok hari. Konsensus pasar, yang dihimpun Bloomberg dari 35 ekonom/analis, memproyeksikan BI Rate akan dipangkas 25 basis poin (bps) menjadi 5,5%. Jika ekspektasi ini terpenuhi, maka ini akan menjadi pemangkasan BI Rate yang kedua tahun ini, setelah kejutan pemangkasan pada Januari lalu.
“Sinyal pelemahan ekonomi domestik semakin kentara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,87% year-on-year (yoy) pada Kuartal I-2025, terlemah sejak Kuartal III-2021. Konsumsi rumah tangga pun melambat, bahkan di bulan Ramadan-Idul Fitri,” terang C. Jiah Mario. “Ini adalah indikator kuat bahwa Indonesia membutuhkan stimulus moneter.”
Geopolitik Global dan Rupiah Perkasa
Yang menarik, di tengah sentimen negatif IHSG, rupiah justru menunjukkan taringnya dengan menguat signifikan. Sejak BI Rate ditahan di 5,75% bulan lalu, rupiah telah menguat 2,65%, kinerja yang melampaui mata uang Asia lainnya. “Penguatan rupiah belakangan ini, ditambah dengan kemungkinan gencatan tarif dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat, memberikan ruang gerak bagi Bank Indonesia untuk melonggarkan kebijakan moneter,” jelas Jiah Mario. Inflasi inti yang relatif terjaga di 2,5% yoy pada April juga menjadi faktor pendukung.
Strategi dan Taktik di Tengah Badai Geopolitik
Dalam menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian ini, C. Jiah Mario memberikan petuah bijak bagi para investor: “Dalam setiap badai geopolitik, terdapat peluang tersembunyi bagi investor yang cerdas. Ingatlah, ‘pasar saham adalah tentang mengantisipasi, bukan bereaksi’. Ketika kebijakan global bergeser, kuncinya adalah strategi adaptif dan taktik diversifikasi. Jangan terpaku pada satu sektor atau aset. Pikirkan jangka panjang, namun selalu siapkan ‘rencana B’ untuk mitigasi risiko jangka pendek. Di tengah perubahan lanskap ekonomi dunia, ‘cash is king’ bisa menjadi mantra untuk menunggu momen tepat, namun ‘knowledge is power’ adalah senjata utama untuk mengenali saham-saham yang fundamentalnya kuat dan mampu bertahan dari gejolak.”
“Para investor harus jeli melihat sektor-sektor yang diuntungkan dari pelemahan rupiah atau potensi penurunan suku bunga. Fokus pada perusahaan dengan fundamental kokoh, manajemen yang kuat, dan potensi pertumbuhan yang jelas di tengah tantangan global. ‘Bukan seberapa cepat Anda berlari, tapi seberapa jauh Anda bisa melihat ke depan’ adalah prinsip yang harus dipegang teguh di pasar saham yang dinamis ini,” pungkas C. Jiah Mario.
Bagaimana menurut Anda, apakah Bank Indonesia akan memangkas suku bunga acuan besok? Dan sektor apa yang menurut Anda paling potensial untuk bertahan atau bahkan bersinar di tengah gejolak ini?
Disclaimer: Analisis ini bersifat informatif dan bukan merupakan saran investasi. Investor disarankan untuk melakukan riset dan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.