NasionalEkonomi dan Bisnis

KEJUTAN DUNIA! Rupiah “Comeback” Epik, Tapi Apa yang Disembunyikan Sri Mulyani?

SUDUT KALTENG, Jakarta – Siapa sangka, di tengah riuhnya panggung ekonomi global yang penuh drama perang dagang AS-China, ada kabar manis dari Rupiah! Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, sang nahkoda keuangan negara, baru saja mengumumkan bahwa nilai tukar Rupiah kita meroket 1,9%. Bukan sulap, bukan sihir, tapi imbas dari meredanya gejolak di pasar keuangan dunia. Bak badai yang berlalu, ketegangan antara dua raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat dan China, mulai melonggar. Hasilnya? Senyum lebar di dompet Indonesia!

Dari Jurang Depresiasi ke Puncak Apresiasi: Kisah Bangkitnya Rupiah

Awal tahun 2025 sempat bikin deg-degan. Rupiah sempat terdepresiasi 1,6% di periode Januari hingga April. Tapi, ibarat drama Korea dengan happy ending, sejak AS dan China berdamai sejenak, Rupiah langsung tancap gas. “Gejolak pasar keuangan global relatif lebih reda dibandingkan posisi awal April saat pengumuman tarif dagang oleh Presiden AS Donald Trump,” jelas Menkeu Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kinerja dan Fakta, Jumat (23/5/2025). Rupiah bukan satu-satunya yang merayakan, mata uang berbagai negara lain pun ikut menguat atau setidaknya depresiasinya mengecil.

Baca Juga :

Hingga 21 Mei 2025, Rupiah tercatat di Rp16.451/US$, namun secara end of period melaju ke level Rp16.395/US$. Ini adalah perbaikan signifikan 1,9% dibandingkan posisi akhir tahun lalu. Ibarat comeback yang epik, Rupiah menunjukkan taringnya di tengah ketidakpastian global.

Bukan Cuma Rupiah: Pasar Saham dan SBN Ikut Panen Untung!

Kesepakatan sementara antara AS dan China ini ternyata punya efek domino positif. Tak hanya Rupiah yang perkasa, pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN) pun ikut berpesta. Terjadi penurunan yield sebesar 15 bps, bahkan di periode April-Mei, yield obligasi turun 17 bps. “Saham positif, year-to-date naik 0,9% dan 1,5 bulan sejak retaliasi tarif diumumkan terjadi lonjakan harga saham 9,7% dan government yields bond 10 tahun dalam hal ini penurunan 15 bps,” papar Sri Mulyani.

Penurunan tingkat bunga surat utang ini, tentu saja, menjadi kabar baik bagi pemerintah Indonesia. Beban utang jadi lebih ringan, bak mendapat diskon besar-besaran.

Catatan Kritis Sri Mulyani: Investasi dan Konsumsi Pemerintah Jadi Sorotan

Meskipun Rupiah sedang di atas angin dan pasar keuangan cerah, Sri Mulyani tak lantas berpuas diri. Ia memberikan perhatian khusus pada investasi di Indonesia. Pada kuartal I-2025, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) hanya tumbuh 2,12%. “PMTB perlu kita waspadai karena pertumbuhan kuartal I-2025 sebesar 2,12% dibandingkan tahun sebelumnya angka ini rendah sehingga investasi PMTB harus ditingkatkan,” tegas Menkeu.

Selain itu, konsumsi pemerintah juga mengalami kontraksi 1,38% di kuartal I-2025, lebih rendah dari tahun lalu. Ini wajar, mengingat tahun 2024 ada pesta demokrasi Pemilu dan guyuran bansos El Nino yang kini sudah tak ada. “Tahun ini juga tidak ada frontloading (penarikan utang di awal tahun anggaran), tidak ada Pemilu, dan tidak ada El Nino,” terang Sri Mulyani.

Dengan kata lain, di tengah euforia penguatan Rupiah, Sri Mulyani mengingatkan kita untuk tetap waspada. Geopolitik dan perang dagang memang mereda, tapi pekerjaan rumah untuk mendongkrak investasi dan konsumsi domestik masih menanti. Akankah pemerintah mampu memanfaatkan momentum ini untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi lebih jauh? Hanya waktu yang bisa menjawabnya!

Disclaimer: Analisis ini bersifat informatif dan bukan merupakan saran investasi. Investor disarankan untuk melakukan riset dan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.

Back to top button