NasionalPeristiwaPolitik

JOKOWI ‘TURUN GUNUNG’ PIMPIN PSI: Serangan Balik ke Megawati atau Langkah Bunuh Diri Politik?

SUDUT KALTENG, Jakarta – Kancah politik Indonesia kembali memanas! Sebuah skenario mengejutkan beredar kencang dari lingkaran kekuasaan: Joko Widodo, mantan Presiden ke-7 RI, dikabarkan akan memimpin Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Kabar ini bukan sekadar manuver politik biasa, melainkan disinyalir sebagai penabuh genderang perang yang menantang hegemoni PDI Perjuangan, partai yang pernah menjadi rumahnya. Spekulasi liar pun merebak: apakah ini babak baru “balas dendam politik” pasca-pencopotan Jokowi sebagai kader Banteng Moncong Putih? Namun, tahan dulu napas Anda! Efriza, pengamat politik dari Citra Institute, dengan tegas membuyarkan mimpi-mimpi bombastis ini. Baginya, gagasan PSI menjadi ‘kapal perang’ Jokowi untuk menggempur PDIP adalah sebuah ilusi yang jauh dari kenyataan lapangan.

“Ini sudah masuk ke sentimen negatif!” seru Efriza kepada RMOL, Senin (26/5/2025), seolah memberi peringatan dini. “Ada anggapan Jokowi hanya ingin menandingi Megawati! PSI dianggap sebagai lawan yang sepadan dengan PDIP? Tunggu dulu!”

Efriza tak segan membongkar realita: “PDIP itu kelasnya sudah ‘liga champions’, matang, dan DNA-nya sudah menyatu dengan denyut nadi rakyat. PSI? Mereka masih ‘anak bawang’ di kancah ini!”

Menguliti lebih dalam, sang magister Ilmu Politik Universitas Nasional itu menyoroti perbedaan fundamental. PSI, menurutnya, adalah entitas politik yang baru lahir ketika Jokowi sudah di puncak kekuasaan, dan baru sekali merasakan sengitnya pertarungan pemilu. Ibarat prajurit baru yang langsung ingin menantang jenderal bintang lima.

“Sementara jangan lupakan pula,” lanjut Efriza dengan nada meninggi, “PDIP adalah partai ideologis kawakan di Indonesia! Partai tua, partai besar, dengan sejarah panjang yang mengakar!”

Maka, jika benar ada bisikan bahwa Jokowi berencana mengambil alih kemudi PSI hanya demi melampiaskan ‘dendam kesumat’ politik kepada PDIP, Efriza punya satu kata: sia-sia! Langkah tersebut, menurutnya, tak lebih dari sekadar unjuk gigi yang tak akan mampu menggoyahkan benteng kokoh PDI Perjuangan.

Pertanyaannya kini menggantung di udara politik yang semakin panas: Akankah sang mantan nakhoda Istana benar-benar nekat melakukan manuver ‘bunuh diri’ ini? Atau ini hanyalah badai dalam cangkir teh yang sengaja dihembuskan untuk menguji ombak politik pasca-kontestasi akbar? Hanya waktu yang akan menjawab babak baru drama politik paling menegangkan di Republik ini!

Back to top button