NasionalHukrim

Viral! Operator SPBU di Batam Jadi Tumbal Mafia BBM Bersubsidi? Keluarga Ungkap Fakta Mengejutkan!

Batam- Kasus dugaan penyalahgunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang menjerat seorang operator SPBU di Kabil, Batam, kini memasuki babak baru yang mengejutkan. Jika sebelumnya polisi mengungkap praktik curang pengisian Pertalite ke jerigen yang viral di media sosial, kini keluarga sang operator justru membongkar dugaan adanya tekanan dari manajemen SPBU dan menuding Dedy Syah Putra, sang operator, dijadikan “tumbal” untuk menutupi praktik yang lebih besar.

Gelombang kemarahan publik sempat memuncak usai beredarnya video amatir yang memperlihatkan pengisian BBM bersubsidi ke dalam jerigen pada dini hari, Minggu (27/4/2025). Subdit IV Tipidter Ditreskrimsus Polda Kepri bergerak cepat dan menetapkan Dedy sebagai tersangka. Polisi menyebut kerugian negara akibat ulah Dedy yang menerima komisi Rp5.000 per jerigen ini mencapai angka fantastis, nyaris Rp2 miliar dalam lima bulan terakhir.

Namun, drama tak berhenti di situ. Keluarga Dedy akhirnya buka suara dalam konferensi pers yang digelar pada Jumat (9/5/2025). Indera Wiguna, abang ipar Dedy, dengan nada tegas menyatakan bahwa adiknya yang telah 13 tahun mengabdi sebagai operator SPBU dikenal sebagai pekerja jujur dan tak pernah memiliki masalah.

“Adik kami sering mengeluh kepada istrinya tentang tekanan dari manajemen. Dia dipaksa mengikuti prosedur pengisian BBM yang tidak sesuai aturan demi mengejar target penjualan. Sebagai bawahan, dia tidak punya pilihan,” ungkap Indera, membalikkan narasi yang selama ini beredar.

Lebih lanjut, Indera membeberkan kronologi kejadian yang sebenarnya. Menurutnya, insiden viral itu terjadi saat Dedy sedang berada di toilet. Seorang sekuriti SPBU justru terekam mengisi BBM ke jeriken milik pengendara becak motor, memicu keributan dengan pelanggan lain. Anehnya, hanya Dedy yang kini menyandang status tersangka, sementara sekuriti dan pihak manajemen SPBU seolah luput dari jeratan hukum.

“Dedy berusaha menenangkan situasi dan meminta maaf, tetapi hanya dia yang ditetapkan sebagai tersangka. Sekuriti dan manajemen justru tidak diproses,” lanjut Indera dengan nada penuh keheranan.

Keluarga menduga kuat bahwa Dedy sengaja dikorbankan untuk melindungi praktik-praktik menyimpang yang mungkin terjadi di level manajemen SPBU. Dugaan ini semakin menguatkan kecurigaan publik akan adanya “permainan” yang lebih besar dalam distribusi BBM bersubsidi.

Juwita, istri Dedy, tak kuasa menahan air mata saat mengungkapkan kepedihannya. “Suami saya sering cerita soal tekanan kerja yang tidak wajar. Tapi sebagai karyawan biasa, dia tidak bisa melawan,” ujarnya dengan suara bergetar, mencerminkan ketidakberdayaan seorang pekerja kecil di tengah sistem yang diduga korup.

Kuasa hukum Dedy, Setia Karo-karo, pun menilai penetapan tersangka terhadap kliennya terlalu terburu-buru. “Klien kami hanya operator yang menjalankan perintah. Kami mendesak penyidik mengusut peran manajemen dan menangani kasus ini secara objektif,” tegas Setia, menyuarakan harapan keluarga akan keadilan.

Kasus ini tidak hanya mengungkap dugaan penyalahgunaan BBM bersubsidi, tetapi juga menyoroti potensi ketidakadilan yang mungkin dialami pekerja di tingkat bawah. Masyarakat kini menanti langkah selanjutnya dari pihak kepolisian. Akankah keadilan berpihak pada sang operator, ataukah ia akan terus menjadi “tumbal” dalam praktik yang diduga melibatkan pihak yang lebih berkuasa? Satu hal yang pasti, kasus ini telah menjadi perhatian publik dan menuntut pengusutan tuntas hingga ke akar-akarnya.

Back to top button