
Anggota DPRD H. Al Hadi Sebut NU Memiliki Wawasan Multikultural yang Diterima Seluruh Masyarakat
Muara Teweh – Rais Syuriyah PC NU Barito Utara sekaligus anggota DPRD, H. Al Hadi, menekankan pentingnya peran Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi keagamaan sekaligus organisasi kemasyarakatan terbesar dalam sejarah bangsa Indonesia.
Menurut Al Hadi, NU lahir dan berkembang dengan corak dan kultur khasnya, serta memainkan peran penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Sebagai organisasi yang berwatak Ahlussunnah wal Jama’ah, NU selalu mengedepankan sikap akomodatif terhadap berbagai madzhab keagamaan yang ada di sekitarnya.
“NU tidak pernah berpikir untuk menyatukan atau menghilangkan madzhab-madzhab yang ada. Sebagai organisasi kemasyarakatan, NU juga menampilkan sikap toleransi terhadap nilai-nilai lokal,” ujar Al Hadi pada pembukaan Konferensi Cabang (Konfercab) IX NU Barito Utara, Sabtu (9/2/2025).
Al Hadi menjelaskan NU telah berakulturasi dengan tradisi dan budaya masyarakat lokal, serta mengakui keberagaman tradisi dan budaya setempat yang memiliki hak untuk hidup di Indonesia.
“NU memiliki wawasan multikultural yang memudahkan organisasi ini diterima oleh semua lapisan masyarakat di seluruh kepulauan Nusantara,” kata legislator PKB itu.
Dengan prinsip tersebut, NU telah menunjukkan wajah Islam yang keindonesiaan, ramah terhadap nilai budaya lokal, dan terbuka terhadap nilai-nilai universal yang positif. Hal ini memudahkan NU untuk diterima di berbagai lapisan masyarakat.
Dalam kesempatan itu, Al Hadi juga menjelaskan mengenai sikap politik NU yang bersifat netral dengan kekuatan politik dan pemerintah.
“NU memilih jarak sosial yang netral dengan kekuatan politik dan pemerintah, namun memberi kebebasan kepada warganya untuk memilih dan menyalurkan aspirasi politiknya kepada partai manapun, selama mereka tetap sadar bahwa mereka adalah warga Nahdhiyin,” tambahnya.
Al Hadi mengingatkan tantangan bagi warga NU ke depan semakin berat, seiring dengan kompleksitas masalah dalam masyarakat. Oleh karena itu, NU merasa berkewajiban untuk ikut mengokohkan strategi budaya dan peradaban bangsa Indonesia.
“Masa depan datang lebih cepat daripada kita menyiapkan diri, dan kita tidak ingin umat dan bangsa kehilangan identitas dan karakter,” ujar wakil rakyat dari Dapil II itu.
Menghadapi dinamika zaman, NU berpegang pada prinsip Al-muhafadhatu ‘alal qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah, yang berarti mempertahankan nilai-nilai lama yang baik dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik.
“NU memiliki fikrah nahdliyyah yang menjadi landasan berpikir bagi warga NU, yang mencakup prinsip moderat, toleran, reformasi, dinamis, dan metodologis,” pungkasnya. (man)