
Sport – Giuseppe Meazza bergemuruh dini hari tadi (7/5/2025) menyaksikan pertunjukan sepak bola kelas dunia yang berakhir dengan kemenangan heroik Inter Milan atas Barcelona dengan skor sengit 4-3 pada leg kedua semifinal Liga Champions. Hasil ini memastikan Nerazzurri melenggang ke partai puncak dengan keunggulan agregat 7-6, mengubur mimpi Blaugrana di hadapan puluhan ribu pendukung fanatik Inter.
Kiper Inter Milan, Yann Sommer, tampil bagai dewa di bawah mistar gawang dan dinobatkan sebagai pemain terbaik (Man of the Match) oleh UEFA. Serangkaian penyelamatan gemilang kiper asal Swiss ini menjadi kunci utama keberhasilan Inter menahan gempuran bertubi-tubi dari para pemain Barcelona. Puncak aksi heroik Sommer terjadi di penghujung babak perpanjangan waktu, ketika ia secara luar biasa menepis tendangan melengkung Lamine Yamal yang tampak tak terjangkau, menggagalkan upaya Barcelona untuk memaksakan adu penalti.
“Saya sangat senang, kami memainkan pertandingan yang luar biasa,” ungkap Sommer kepada UEFA dengan nada lega bercampur bahagia. “Penyelamatan mana yang akan saya ingat? Tentu saja yang terakhir terhadap Lamine Yamal. Dia pemain hebat dan untungnya bola tidak masuk. Banyak tim akan menyerah setelah tertinggal 3-2 tetapi kami tidak, dan berhasil bangkit.”
Analisis Taktik dan Mental Baja Inter: Kunci Kemenangan Dramatis
Kemenangan Inter Milan dalam laga penuh drama ini bukan hanya sekadar keberuntungan, melainkan hasil dari taktik jitu Simone Inzaghi dan mentalitas baja para pemain Nerazzurri. Meskipun Barcelona menunjukkan kualitas individu yang luar biasa, Inter mampu meredam agresivitas lini serang Blaugrana melalui pertahanan kolektif yang disiplin dan terorganisir.
Di babak pertama, Inter menunjukkan efektivitas serangan balik yang mematikan. Gol pembuka dari Lautaro Martinez, memanfaatkan kelengahan lini belakang Barcelona, menjadi bukti nyata kemampuan Inter dalam transisi menyerang dengan cepat dan akurat. Penalti Hakan Calhanoglu semakin mempertegas keunggulan taktis Inter di awal laga.
Meskipun Barcelona mampu bangkit di babak kedua melalui gol-gol Eric Garcia dan Dani Olmo, serta gol telat Raphinha yang sempat membuat jantung para Interisti berdebar kencang, Inter menunjukkan ketenangan dan determinasi yang luar biasa. Gol balasan cepat dari Francesco Acerbi, memanfaatkan umpan silang terukur, membuktikan semangat pantang menyerah dan respons taktis yang cepat dari Inzaghi.
Memasuki babak perpanjangan waktu, perubahan taktik Inzaghi dengan memasukkan Davide Frattesi terbukti menjadi pembeda. Gol penentu kemenangan Frattesi pada menit ke-99, melalui skema serangan terencana, menjadi klimaks taktik brilian.
Lebih dari sekadar taktik, mentalitas baja para pemain Inter menjadi faktor penentu kemenangan. Tertinggal dan mampu bangkit, serta mempertahankan keunggulan di tengah tekanan hebat Barcelona di sisa waktu perpanjangan waktu, menunjukkan solidaritas dan semangat juang yang membara dalam skuad Nerazzurri. Yann Sommer menjadi simbol dari mentalitas ini, dengan penyelamatan-penyelamatan krusialnya yang menjaga asa Inter tetap hidup.
Dengan lolosnya Inter Milan ke final Liga Champions, Serie A kembali menunjukkan taringnya di kancah Eropa. Kemenangan dramatis atas Barcelona ini akan menjadi motivasi besar bagi Inter untuk meraih gelar juara yang telah lama diidam-idamkan. Sementara bagi Barcelona, kekalahan ini menjadi pukulan telak yang harus segera diatasi untuk menatap musim depan dengan lebih baik. Giuseppe Meazza telah menjadi saksi bisu dari malam bersejarah bagi Inter Milan dan Yann Sommer, sang pahlawan di bawah mistar gawang.