NasionalEkonomi dan Bisnis

BADAI WALL STREET, IHSG MENGAMUK! Saham-Saham Ajaib Jadi Pendorong di Tengah Panorama Ekonomi Global yang Bergolak Hebat!

SUDUT KALTENG, Jakarta – Di tengah pusaran guncangan global yang makin tak terduga, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru memberikan kejutan fenomenal! Pada penutupan perdagangan Senin (19/5/2025), IHSG sukses menancapkan taringnya, melonjak 34,56 poin atau 0,49 persen, parkir manis di level 7.141,09. Ini bukan sekadar angka, ini adalah sinyal perlawanan pasar domestik saat bursa regional mayoritas tumbang dan badai pemangkasan peringkat utang menghantam negara adidaya! Sempat tergelincir di awal sesi ke 7.085,97, IHSG dengan cepat bangkit dan mencetak titik tertinggi hari itu di 7.160,65, menunjukkan mental baja para pelaku pasar lokal.

Rally IHSG hari ini tak lepas dari aksi menggila saham-saham pendorong indeks yang seolah tak peduli dengan drama di panggung dunia. Siapa saja pahlawan-pahlawan tak terduga ini? Ada PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) yang meroket 34,74 persen ke 128, disusul ketat oleh PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) yang terbang 34,02 persen ke 130. Tak ketinggalan, PT Indonesia Pondasi Raya Tbk (IDPR) unjuk gigi dengan kenaikan 18,39 persen ke 206. Lonjakan fantastis saham-saham ini menjadi pemicu dahsyat di balik kenaikan IHSG, membuktikan bahwa ada kekuatan tersembunyi di pasar lokal yang mampu melawan sentimen negatif dari luar. Tercatat 409 saham menguat, jauh melampaui 225 saham yang melemah, dengan total transaksi mencapai Rp 14,80 triliun dari volume 25,51 miliar saham.

Namun, jangan salah, penguatan IHSG ini terjadi di tengah situasi global yang memanas membara. Pukulan telak datang dari Moody’s Ratings pada Jumat malam yang tak ragu memangkas peringkat kredit Pemerintah Amerika Serikat dari AAA menjadi AA+. Sebuah keputusan yang sangat langka dan punya implikasi global! Alasan di baliknya? Utang AS yang membengkak hingga US$36 triliun, defisit anggaran yang melebar (diprediksi mencapai hampir 9% PDB pada 2035), dan beban pembiayaan kembali utang yang kian berat di tengah tingginya suku bunga. Ini diperparah dengan kekhawatiran Moody’s terhadap minimnya reformasi fiskal yang signifikan dan perubahan lanskap ekonomi global akibat penataan kembali kemitraan dagang oleh AS, terutama di era kepemimpinan yang keras.

Pemangkasan peringkat ini bukan sekadar urusan angka; ini adalah cermin dari pergeseran fundamental di pentas global. Felix Darmawan, Economist Panin Sekuritas, mengingatkan bahwa langkah Moody’s ini mengikuti jejak Fitch Ratings (2023) dan Standard & Poor’s (2011), menandakan adanya kekhawatiran serius terhadap kesehatan fiskal negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Sentimen negatif ini berisiko merembet ke pasar saham, terutama aset-aset berisiko di Emerging Market, seiring langkah pemodal global untuk mencari “tempat berlindung” yang lebih aman, meninggalkan aset-aset seperti saham. Bahkan, nilai tukar dolar AS pun terancam skeptisisme. Lantas, mengapa IHSG justru bisa melawan arus?

Menyikapi situasi pasar yang penuh gejolak akibat perubahan kebijakan dan panorama ekonomi global, analis pasar saham, C. Jiah Mario, memberikan pandangannya yang tajam dan mencerahkan. “Pasar saham saat ini bukan lagi tentang sekadar membaca data makro, tapi tentang memahami narasi besar di balik pergeseran geopolitik dan implikasinya,” ujar C. Jiah Mario. “Ketika badai datang dari luar, seperti pemangkasan peringkat utang negara adidaya, strategi kita harus berubah. Ini saatnya membedakan antara strategi jangka panjang dan taktik harian yang lincah. Strategi kita mungkin tetap fokus pada sektor atau saham dengan fundamental kuat dan potensi pertumbuhan lokal yang tahan banting, terlepas dari gejolak global. Sementara taktik harian adalah bagaimana kita memanfaatkan volatilitas yang muncul: bersiap untuk membeli saat terjadi kepanikan irasional yang didorong sentimen negatif global, atau justru mengurangi posisi di saham-saham yang terlalu rentan terhadap isu eksternal.”

C. Jiah Mario menambahkan, “Dalam menghadapi situasi perubahan kebijakan dipentas global, kata kunci adalah adaptabilitas dan selektivitas. ‘Saat air pasang surut, barulah terlihat siapa yang berenang tanpa busana.’ Artinya, di saat kondisi pasar sulit dan sentimen global memburuk, kualitas fundamental suatu perusahaan akan teruji. Fokuslah pada emiten yang punya kinerja solid, manajemen yang prudent, dan pangsa pasar domestik yang kuat. Jangan terjebak euforia sesaat, tapi juga jangan panik berlebihan karena sentimen global. Gunakan nalar, bukan emosi, dan jadikan setiap gejolak sebagai peluang untuk meninjau kembali portofolio Anda.” Pesan C. Jiah Mario ini menjadi pengingat krusial bagi investor di tengah ketidakpastian yang terus membayangi pasar keuangan global.

Disclaimer: Analisis ini bersifat informatif dan bukan merupakan saran investasi. Investor disarankan untuk melakukan riset dan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.

Back to top button