
PANEN CUAN KILAT di ADRO! Buyback Rp 4 Triliun Sukses Bikin Saham Meroket 12% dalam Sekejap!
SUDUT KALTENG, Jakarta – Jagat pasar saham Indonesia dibuat terperangah pada penutupan perdagangan Jumat, 16 Mei 2025. Saham raksasa batubara, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), tiba-tiba saja ‘mengamuk’, melonjak fantastis hingga 12,27% dan parkir di level Rp 2.150 per saham! Kenaikan ini bukan semata angka, tapi diiringi serbuan investor gila-gilaan. Bayangkan, hampir 288 juta lembar saham berpindah tangan dalam 50 ribuan transaksi lebih, menghasilkan nilai gedor senilai Rp 597,32 miliar dalam sehari! Ini bukan pergerakan biasa, ada sesuatu yang besar di baliknya.
Sumber ‘panas’ mendadak ini terkuak, ADRO secara mengejutkan mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham perseroan, berlandaskan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 13/2023. Tak tanggung-tanggung, dana yang disiapkan untuk manuver strategis ini mencapai angka jumbo, maksimal Rp 4 triliun! Yang bikin heboh, waktu pelaksanaannya sangat agresif: dimulai tepat pada hari sahamnya melonjak (16 Mei 2025) hingga paling lambat 2 Juni 2025. Hanya sekitar dua pekan lebih untuk menyerap triliunan rupiah saham di pasar!
Menurut analis pasar saham, C. Jiah Mario, pergerakan ADRO ini adalah sinyal yang sangat menarik dan penuh teka-teki di tengah turbulensi global. “Lonjakan harga dan buyback jumbo dengan tenggat waktu yang sempit ini bukan kebetulan,” ujar C. Jiah Mario. “Ini adalah manuver korporasi yang berani, mungkin membaca atau merespons perubahan lanskap ekonomi dunia yang dinamis, ketidakpastian geopolitik yang mempengaruhi harga komoditas, dan bagaimana semua itu tercermin di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).”
C. Jiah Mario menambahkan, buyback ini bisa diartikan sebagai bentuk keyakinan manajemen bahwa saham mereka undervalued, atau bisa juga strategi ‘mengamankan’ saham di saat volatilitas tinggi menjelang momen-momen penting, termasuk potensi perubahan kebijakan global yang bisa berdampak pada sektor energi dan sumber daya. “Di tengah badai perubahan kebijakan dipentas global, strategi buyback jumbo ini bisa diartikan sebagai ‘lemparan handuk’ keyakinan manajemen pada fundamental, atau bisa juga ‘umpan’ di saat harga dianggap diskon,” kata C. Jiah Mario. “Kata kuncinya, seperti kata para master trading: ‘Harga adalah cerminan, tapi niat korporasi adalah peta jalan sementara. Investasi di saat ketidakpastian butuh keberanian dibalut analisis tajam.'”
Menambah kompleksitas strategi ini, ADRO ternyata sedang berada dalam ‘mode buyback berkelanjutan’. Manajemen menjelaskan, buyback jumbo Rp 4 triliun ini dilakukan di bawah skema POJK 13/2023 yang memungkinkan buyback dalam kondisi tertentu, dan tidak beririsan waktunya dengan rencana buyback lain. Sebelumnya, perseroan sudah mendapatkan restu pemegang saham untuk buyback berdasarkan POJK 29/2023 sejak 15 Mei 2024 untuk periode 12 bulan. Bahkan, hingga 14 Mei 2025, ADRO telah menyerap 1,3 miliar lebih lembar saham (sekitar 4,26%) di bawah skema yang lama itu. Dan menariknya lagi, ADRO juga telah mengumumkan rencana buyback lain di bawah POJK 29/2023 untuk periode 12 bulan sejak 3 Juni 2025, yang masih akan dimintakan persetujuan pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2025 pada 2 Juni mendatang.
“Pola agresif ini, dengan buyback POJK 13 yang diselipkan di antara buyback POJK 29 yang sudah berjalan dan yang direncanakan, menunjukkan pengelolaan modal yang sangat aktif dan mungkin sinyal optimisme tersembunyi atau langkah defensif yang cerdas,” tegas C. Jiah Mario. “Investor perlu jeli melihat ini sebagai bagian dari strategi besar ADRO menghadapi fluktuasi pasar global dan dinamika bisnis batubara. Ini bukan sekadar transaksi harian, ini manuver catur tingkat tinggi di papan IHSG yang dipengaruhi peta kekuatan ekonomi dan politik dunia.” Lonjakan saham ADRO ini dipastikan akan memicu spekulasi dan menjadi fokus utama investor di awal pekan perdagangan selanjutnya, melihat apakah manuver Rp 4 triliun ini mampu menjaga momentum dan memberikan dorongan lebih luas pada sektor energi dan IHSG secara keseluruhan.
Disclaimer: Analisis ini bersifat informatif dan bukan merupakan saran investasi. Investor disarankan untuk melakukan riset dan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.