NasionalEkonomi dan Bisnis

IHSG Meledak, Cuan Merebak di Tengah Ketidakpastian Global: Geopolitik Memanas, Pasar Sambut dengan Strategi Super!

JAKARTA – Pasar saham Indonesia hari ini benar-benar ‘menggila’! Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung meroket tajam, mencatatkan kenaikan spektakuler 115,6 poin atau setara 1,69% pada penutupan sesi I perdagangan Rabu, 14 Mei 2025, memantapkan diri di level 6.948,4. Ini bukan sekadar naik biasa, tapi sinyal kuat bahwa investor masih melihat peluang emas di tengah gejolak lanskap ekonomi global yang terus berubah dan dinamika geopolitik yang tak terduga! IHSG hari ini bergerak di rentang solid antara 6.914 hingga 6.955, menunjukkan momentum penguatan yang meyakinkan.

“Penguatan IHSG yang masif ini bukan hanya angka, melainkan cerminan kompleks dari ekspektasi pasar terhadap berbagai faktor, mulai dari fundamental domestik hingga pergeseran kekuatan ekonomi dunia. Di tengah badai kebijakan global, kunci sukses adalah adaptasi dan pemahaman mendalam,” ujar pakar strategi pasar, C. Jiah Mario, mengomentari lonjakan IHSG.

Transaksi di sesi pertama pun membuktikan antusiasme luar biasa! Sebanyak 19,08 miliar saham berpindah tangan dengan nilai transaksi fantastis mencapai Rp 9,42 triliun, digerakkan oleh 880.051 kali frekuensi perdagangan. Angka ini menunjukkan likuiditas pasar yang tinggi dan partisipasi aktif dari para pelaku pasar. Dominasi saham-saham yang menguat sangat jelas, dengan 405 saham mencatatkan kenaikan, jauh melampaui 208 saham yang terkoreksi dan 182 saham yang stagnan.

Hampir seluruh sektor saham ‘menghijau’ bak karpet permadani cuan di sesi pertama ini! Sektor energi memimpin dengan lonjakan paling tinggi, melesat 1,8%. Disusul sektor infrastruktur yang perkasa naik 1,7%, sektor keuangan 1,6%, sektor transportasi 1,4%, dan sektor barang konsumsi primer 1,2%. Hanya sektor teknologi yang terpantau sedikit melemah tipis 0,9%, menjadi catatan kecil di tengah ‘pesta’ kenaikan mayoritas saham.

Di level regional, pergerakan pasar saham Asia cukup bervariasi saat IHSG sesi I ditutup. Nikkei Jepang turun 0,3% dan Straits Times Singapura melemah 0,2%, menandakan kehati-hatian di sebagian wilayah. Namun, Shanghai China menguat 0,3% dan Hang Seng Hong Kong bahkan melonjak kencang 1,5%, menunjukkan gambaran pasar global yang terfragmentasi namun sebagian masih optimistis.

Yang paling menyita perhatian dan bisa dibilang “bombastis” adalah kemunculan para ‘juara cuan’ hari ini! Lima saham melesat lebih dari 14% dan masuk daftar top gainers. Lebih heboh lagi, ada dua saham yang melonjak hingga mentok batas Auto Rejection Atas (ARA)! Keduanya adalah PT Bumi Benowo Sukses Sejahtera Tbk (BBSS) yang terbang 35% dan PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) yang melesat 34,6%. Saham top gainers lainnya yang tak kalah cemerlang termasuk PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) melejit 16,5%, PT Darma Henwa Tbk (DEWA) melesat 14,5%, dan PT Kokoh Exa Nusantara Tbk (KOCI) meningkat 14%.

Namun, di balik euforia, ada juga sisi ‘boncos’ yang harus diwaspadai. Beberapa saham ‘terjun bebas’ dan masuk daftar top losers, bahkan ada yang menyentuh batas Auto Rejection Bawah (ARB)! PT First Media Tbk (KBLV) anjlok parah 14,7% dan PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) ambles 14,4%, keduanya ‘mentok’ ARB. Saham top losers lainnya meliputi PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk (AMAG) jatuh 12,6%, PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) melemah 10,6%, dan PT Sekar Bumi Tbk (SKBM) turun 10,4%. Perbedaan performa saham-saham ini menunjukkan pentingnya selektivitas di tengah volatilitas.

Memasuki pekan depan, pasar akan menghadapi periode yang cukup singkat namun krusial karena libur Waisak. Meski demikian, mata para investor akan tertuju pada serangkaian data ekonomi penting yang berpotensi ‘mengguncang’ pergerakan pasar, baik dari kancah global maupun domestik.

Badai Data Global Menanti: AS & Jepang Jadi Sorotan!

Dari Amerika Serikat, rilis data inflasi akan sangat dinanti karena menjadi barometer vital bagi penentuan kebijakan moneter bank sentral Federal Reserve (The Fed). Inflasi AS diperkirakan stagnan 2,4% secara tahunan, namun diproyeksi naik tipis 0,3% bulanan dari deflasi sebelumnya. C. Jiah Mario menekankan, “Angka inflasi AS ini krusial. Pasca The Fed menahan suku bunga dan Jerome Powell masih berhati-hati soal pemangkasan, data ini bisa menjadi petunjuk apakah kekhawatiran inflasi kembali memanas di tengah potensi perlambatan ekonomi itu beralasan.”

Tak hanya inflasi, update data tenaga kerja AS, khususnya klaim pengangguran, juga akan dirilis. Diprediksi klaim pengangguran periode sepekan yang berakhir 10 Mei 2025 akan bertambah. “Jika klaim pengangguran naik signifikan, ini bisa jadi sinyal pasar tenaga kerja melambat. Bagi prospek penurunan suku bunga, ini bisa positif karena perlambatan ekonomi bisa memicu The Fed memangkas suku bunga. Namun, skenario terburuk yang mengancam adalah stagflasi – inflasi naik, ekonomi melambat, pengangguran bertambah. Ini adalah tantangan nyata yang harus diperhitungkan dalam strategi investasi,” jelas C. Jiah Mario, mengingatkan akan kompleksitas situasi di Negeri Paman Sam.

Bergeser ke Asia, Jepang juga akan merilis data pertumbuhan ekonominya di kuartal pertama. Proyeksi menunjukkan ekonomi Jepang akan kontraksi secara kuartalan maupun tahunan. “Perlambatan ekonomi Jepang ini mengindikasikan Bank of Japan (BoJ) akan kesulitan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Ini adalah bagian dari perubahan lanskap ekonomi global, di mana negara-negara besar menunjukkan pola pertumbuhan yang berbeda, memengaruhi arus modal dan selera risiko secara global,” tambah C. Jiah Mario.

Neraca Dagang Indonesia Menjadi Jangkar?

Di tengah ketidakpastian global, Indonesia punya ‘kartu truf’ berupa data neraca dagang periode April 2025 yang juga akan dirilis. Sebelumnya, neraca dagang Maret 2025 kembali mencetak surplus US$ 3,12 miliar, surplus beruntun ke-59 bulan sejak Mei 2020. Ekspor Maret didorong kenaikan ekspor migas, sementara impor juga naik tipis.

“Surplus neraca dagang yang konsisten ini menunjukkan ketahanan ekonomi domestik kita di tengah volatilitas global. Meskipun surplus neraca migas masih defisit, secara keseluruhan ini memberikan bantalan bagi stabilitas rupiah dan keyakinan investor terhadap fundamental Indonesia,” kata C. Jiah Mario. Ia menambahkan, “Dalam menghadapi situasi perubahan kebijakan di pentas global, taktik terbaik saat ini adalah merangkul volatilitas, bukan menghindarinya, dengan diversifikasi cerdas dan fokus pada sektor-sektor yang diuntungkan dari kondisi domestik yang kuat serta potensi pemulihan global. Ketenangan dan disiplin adalah aset paling berharga saat geopolitik menciptakan riak di pasar.”

Dengan kombinasi lonjakan IHSG hari ini, drama top gainers dan losers, serta serangkaian data global dan domestik yang menanti, pasar saham Indonesia di pekan depan dipastikan akan tetap menarik dan penuh dinamika. Investor dituntut untuk cermat membaca sinyal dan menerapkan strategi yang tepat di tengah lanskap ekonomi dunia yang terus bergerak.

Back to top button