
Tsunami Modal Asing Serbu Saham RI! IHSG Meroket Liar, Siap-Siap Jadi ‘Raja Cuan’ Atau Tergulung Ombak?
SUDUT KALTENG, JAKARTA – Sebuah gelombang kejut dahsyat menghantam pasar keuangan tanah air! Dalam manuver yang mengejutkan sekaligus menggairahkan, miliaran rupiah dana asing tiba-tiba membanjiri bursa saham Indonesia. Fenomena ini bukan sekadar angka statistik biasa, melainkan sinyal kuat adanya perubahan lanskap ekonomi global yang fundamental, dipicu dinamika geopolitik terkini. Analisis tajam C. Jiah Mario membongkar makna di balik serbuan modal asing ini dan memberikan kode-kode krusial bagi para pelaku pasar saham.
Menurut data teranyar yang diterima langsung dari Bank Indonesia (BI), hanya dalam rentang waktu dua hari, 14 hingga 15 Mei 2025, modal asing dengan nilai fantastis sebesar Rp 4,14 triliun tercatat neto beli di pasar keuangan domestik. Fokusnya? Langsung ke jantung pasar modal! Dari total itu, Rp 4,52 triliun ludes diserap oleh pasar saham, mengindikasikan selera risiko investor global yang tiba-tiba melonjak drastis terhadap aset ekuitas Indonesia. Meski ada arus keluar dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 1,52 triliun, serta masuknya Rp 1,14 triliun ke instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), faktanya, saham adalah primadona yang paling diburu.
Ini adalah pukulan telak bagi tren neto jual yang mendominasi pasar saham Indonesia sejak awal tahun. Secara kumulatif dari 1 Januari hingga 15 Mei 2025, nonresiden masih mencatatkan neto jual signifikan di saham (Rp 52,53 triliun) dan SRBI (Rp 20,54 triliun), sementara hanya neto beli di SBN (Rp 29,1 triliun). Masuknya dana Rp 4,52 triliun dalam dua hari ini laksana balas dendam setelah berbulan-bulan “ditinggalkan”, menjadi bukti nyata adanya titik balik!
Dampak instan dari “tsunami” dana asing ini langsung terlihat di lantai bursa. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Jumat (16/5/2025) terbang tinggi, mencatat kenaikan paling impresif di seluruh Asia Tenggara, bahkan di seluruh Asia! IHSG melesat 0,94% ke posisi 7.106,52, level tertinggi hari itu. Volume transaksi menggila mencapai 25,77 miliar saham senilai Rp 14,96 triliun dalam 1,31 juta kali transaksi. Lebih dari 300 saham menghijau, dipimpin oleh sektor-sektor yang identik dengan pertumbuhan dan energi masa depan: Infrastruktur (+2,44%), Barang Baku (+1,85%), dan Energi (+1,22%). Saham-saham seperti PGEO, BREN, ISAT, MDKA, TINS, dan INCO menjadi lokomotif penguatan ini, melesat bak roket.
Apa yang memicu perubahan arah arus modal global yang begitu dramatis ini? Analisis mendalam dari C. Jiah Mario mengungkap kuncinya terletak pada perubahan fundamental dalam lanskap geopolitik dan ekonomi dunia. Meredanya tensi perang dagang global, ditambah langkah strategis Amerika Serikat yang menunda kebijakan tarifnya, menciptakan jeda ketidakpastian yang selama ini membayangi pasar negara berkembang seperti Indonesia.
“Pasar saham ibarat medan catur raksasa di tengah badai perubahan kebijakan global,” ujar C. Jiah Mario, “Ketika arus modal global bergeser arah, investor cerdas adalah mereka yang membaca peta geopolitik, bukan sekadar grafik harga. Masuknya dana asing ini adalah respon langsung terhadap sinyal ‘aman’ sementara dari panggung global.”
Lebih lanjut C. Jiah Mario menjelaskan, kegelisahan ekonomi yang sempat mencekam pasar, kekhawatiran terhadap kebijakan fiskal pemerintahan baru, serta panasnya tensi dagang global, kini mulai sirna. Investor global kembali melihat Indonesia sebagai magnet investasi yang atraktif, terutama saham-saham perbankan yang mencatat kinerja laba bersih Kuartal I-2025 sangat positif dan menyumbang bobot besar (sekitar 34%) pada indeks acuan.
“Sinyal teknikal jelas menunjukkan momentum positif dalam jangka pendek hingga menengah untuk IHSG,” tambah C. Jiah Mario, mengutip analisis dari Shier Lee Lim, Lead FX dan Macro Strategist Convera Singapore, yang juga mencatat meningkatnya minat investor terhadap saham perbankan di Asia Tenggara.
Kondisi pasar obligasi juga memberikan indikasi. Meski yield SBN 10 tahun naik ke 6,9% seiring yield US Treasury yang juga naik ke 4,432% pada 15 Mei, penurunan premi risiko investasi (Credit Default Swap/CDS) Indonesia 5 tahun menjadi 83,34 basis poin pada tanggal yang sama (dari 88,93 bp sepekan sebelumnya) adalah bukti kuat kepercayaan investor global terhadap stabilitas ekonomi Indonesia semakin meningkat. Stabilitas nilai tukar Rupiah di level Rp 16.424 per dolar AS (data Jisdor BI 16/5/2025) turut menambah keyakinan.
C. Jiah Mario menutup analisisnya dengan kata-kata bijak yang patut direnungkan para investor: “Di pasar saham, taktik itu penting, tapi strategi adalah segalanya. Menghadapi situasi di mana kebijakan global bisa berubah mendadak, strategi kita bukan hanya soal memilih kuda yang kencang, tapi memahami gerakan pion di sisi lain dunia yang memicu gelombang. Jangan panik saat pasar bergejolak, justru di situlah kesempatan emas muncul bagi mereka yang berani membaca arah angin geopolitik dan mengintegrasikannya dengan fundamental perusahaan. Inflow masif ini adalah sinyal, bukan garis finis. Bersiaplah untuk putaran selanjutnya!”
Dengan IHSG yang kini mendekati wilayah bullish (sudah menguat 18% dari titik terendah awal April), didorong oleh faktor eksternal yang membaik dan fundamental domestik yang solid, era baru pasar saham Indonesia di tengah pusaran perubahan global tampaknya baru saja dimulai. Para investor diimbau untuk cermat, adaptif, dan strategis dalam menavigasi gelombang besar ini.
Disclaimer: Analisis ini bersifat informatif dan bukan merupakan saran investasi. Investor disarankan untuk melakukan riset dan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.