NasionalEkonomi dan Bisnis

Geger Emas Tembus US$ 3.200 Per Ons! Rekor US$ 4.000 Sudah di Depan Mata!

SUDUT KALTENG, Jakarta- Pasar emas global kembali dikejutkan dengan lonjakan harga yang fantastis, menembus angka psikologis US$ 3.200 per ons! Kenaikan yang mencengangkan ini bukan hanya sekadar imbas permintaan yang meningkat, melainkan didorong kuat oleh instabilitas geopolitik yang kian membara di berbagai belahan dunia.

Pakar pertambangan sekaligus Direktur Utama PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), Edi Permadi, mengungkapkan bahwa eskalasi konflik global menjadi pemicu utama meroketnya harga emas. “Kita bisa lihat bagaimana konflik Rusia-Ukraina, Israel-Hamas, hingga yang terbaru ketegangan Pakistan-India, secara signifikan mendongkrak harga emas,” ujarnya di Jakarta, Jumat (16/5/2025).

Bahkan, model Gold Return Attribution Model (GRAM) yang dikembangkan oleh World Gold Council mengindikasikan bahwa risiko geopolitik menyumbang lebih dari 5% terhadap kenaikan harga emas tahun ini.

Lebih lanjut, Edi Permadi memprediksi tren kenaikan harga emas ini akan terus berlanjut. Mengutip analisis dari JP Morgan, ia bahkan menyebutkan bahwa harga emas berpotensi mencetak rekor baru dan menembus level US$ 4.000 per ons pada tahun depan! Keputusan pemerintah Amerika Serikat untuk menempatkan emas sebagai aset tier I diyakini akan semakin memperkuat permintaan emas dari sektor perbankan.

Di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global, emas menjelma menjadi primadona investasi. Permintaan yang tinggi, berbanding terbalik dengan ketersediaan pasokan, semakin memicu kenaikan harga. “Dalam beberapa tahun terakhir, ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan inilah yang terus mendorong harga emas ke atas,” jelas Edi.

Indonesia Berpotensi Raup Keuntungan Ganda!

Kabar baiknya, Indonesia memiliki peluang emas untuk memanfaatkan momentum ini. Kebijakan pembentukan Bullion Bank dan peningkatan produksi emas nasional dari smelter PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Internasional Tbk diyakini akan semakin memperkuat posisi emas di dalam negeri.

“Kondisi ini adalah kesempatan emas bagi pelaku usaha dan pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara,” tegas Edi.

Namun, di tengah euforia harga tinggi, Edi Permadi mengingatkan perusahaan tambang untuk tidak melupakan aspek penting lainnya, yaitu lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), serta kegiatan eksplorasi.

“Dengan harga yang menggiurkan ini, perusahaan harus semakin memperhatikan aspek ESG dan meningkatkan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Selain itu, eksplorasi adalah kunci keberlanjutan industri pertambangan. Jangan sampai perusahaan hanya fokus pada produksi dan mengabaikan masa depan tambang,” pesannya.

Sebagai informasi tambahan, PT J Resources Asia Pasifik sendiri mencatatkan peningkatan produksi emas dari 94 koz pada tahun 2023 menjadi 101 koz pada tahun 2024. Saat ini, perusahaan mengoperasikan dua tambang aktif di Bolaang Mongondow dan Malaysia, serta satu proyek tambang Doup yang sedang dalam tahap konstruksi.

Dengan harga emas yang terus melambung dan potensi besar yang dimiliki Indonesia, sektor pertambangan emas Tanah Air diprediksi akan semakin bersinar di tengah gejolak global.

Back to top button