NasionalEkonomi dan Bisnis

IHSG! Investor Kalang Kabut di Tengah Badai India-Pakistan dan Ancaman Resesi!

Jakarta – Setelah mencatatkan tren kenaikan yang memukau selama delapan hari berturut-turut, euforia di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) mendadak sirna. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini (Kamis, 8/5/2025) diterjang gelombang koreksi dahsyat, terperosok lebih dari 1% ke zona merah pada pukul 10.47 WIB. Data perdagangan menunjukkan dominasi tekanan jual, dengan 438 emiten saham ikut terseret ke wilayah negatif, berbanding jauh dengan hanya 160 saham yang masih mampu bertahan di zona hijau.

C. Jiah Mario, seorang analis pasar modal, mengungkapkan bahwa koreksi tajam ini merupakan respons pasar terhadap kombinasi kompleks antara sentimen global yang memburuk dan tantangan ekonomi domestik yang membayangi. “Aksi jual masif yang kita saksikan pagi ini adalah sinyal jelas bahwa para investor tengah dilanda kekhawatiran mendalam. Mereka mencermati dengan seksama arah kebijakan global dan potensi dampaknya terhadap fundamental ekonomi kita,” tegas Mario kepada tim redaksi.

Lebih lanjut, Mario menyoroti bagaimana tensi geopolitik yang kembali memanas turut memperkeruh sentimen pasar. Eskalasi konflik antara India dan Pakistan, yang dipicu oleh serangan dan berujung pada ancaman pembalasan militer dari Islamabad, secara tidak langsung memberikan tekanan pada pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Keputusan Dewan Keamanan Nasional Pakistan yang mengizinkan militer untuk merespons serangan India, berikut dengan tuduhan kerusakan infrastruktur sipil seperti PLTA Neelum-Jhelum yang dibangun China di Kashmir, menambah ketidakpastian di kawasan Asia Selatan.

“Perkembangan geopolitik, sekecil apapun, selalu memiliki potensi untuk menciptakan risk-off sentiment di kalangan investor. Konflik yang melibatkan negara-negara besar di kawasan, apalagi yang memiliki implikasi ekonomi dan strategis, akan membuat investor cenderung menarik dana dari aset-aset berisiko seperti saham,” jelas Mario.

Menariknya, dinamika konflik ini bahkan merambah ke pergerakan saham perusahaan-perusahaan pertahanan global. Saham Dassault Aviation, produsen jet tempur Rafale yang dikabarkan digunakan India dalam serangan tersebut, justru mengalami koreksi di bursa Paris. Sebaliknya, saham Chengdu Aircraft Corporation, pembuat jet tempur J-10 milik Pakistan, melonjak signifikan di bursa Shenzhen. Fenomena ini memperlihatkan bagaimana eskalasi geopolitik dapat secara langsung mempengaruhi kinerja sektor-sektor tertentu di pasar modal.

Data transaksi BEI hingga menjelang siang ini mencatatkan nilai transaksi yang cukup tinggi, mencapai Rp 7,29 triliun dengan volume perdagangan mencapai 22,58 miliar saham dalam 825.944 kali transaksi. Namun, tingginya aktivitas perdagangan ini justru didominasi oleh aksi pelepasan saham, mengindikasikan bahwa sentimen negatif tengah mencengkeram para pelaku pasar.

C. Jiah Mario menekankan bahwa investor saat ini perlu mencermati dengan lebih hati-hati perkembangan geopolitik global dan rilis data-data ekonomi terbaru, baik dari dalam maupun luar negeri. “Kewaspadaan adalah kunci di tengah kondisi pasar yang penuh ketidakpastian seperti ini. Investor perlu mengevaluasi kembali portofolio investasi mereka dan mempertimbangkan strategi yang lebih defensif,” pungkasnya. Koreksi tajam IHSG hari ini menjadi pengingat bahwa pasar saham, sekuat apapun relinya, tetap rentan terhadap gejolak eksternal dan perubahan lanskap ekonomi dunia yang serba cepat.

Back to top button