
IHSG! Eksodus Modal Asing Picu Kepanikan atau Justru Peluang Langka? Strategi Cerdas Hadapi Tekanan Jual Rp 3,26 Triliun
SUDUT KALTENG, Jakarta – Alarm merah menyala di pasar saham Indonesia! Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan hebat di tengah badai eksodus modal asing yang mencatatkan rekor baru dalam tiga pekan terakhir. Para investor global, yang dikagetkan oleh perubahan lanskap ekonomi dunia dan tensi geopolitik yang memanas, ramai-ramai melepas kepemilikan saham mereka di bursa Tanah Air.
Menurut analisis mendalam dari pengamat pasar senior, C. Jiah Mario, fenomena ini bukanlah pergerakan biasa. “Ini adalah sinyal jelas bahwa investor asing sedang melakukan repricing risiko besar-besaran. Angka net sell Rp 3,26 triliun dalam sepekan terakhir hingga Jumat (9/5) adalah jumlah yang masif, bahkan ini tertinggi dalam tiga pekan terakhir. Bandingkan dengan pekan sebelumnya yang sempat net buy tipis Rp 118 miliar, atau pekan sebelumnya lagi yang ‘hanya’ net sell Rp 1,15 triliun,” ungkap Jiah Mario dengan nada serius.
Jiah Mario menyoroti data krusial: net sell terbesar asing sepanjang April lalu terjadi di pekan kedua, mencapai angka fantastis Rp 13,69 triliun. Kejadian ini terjadi tepat setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan kebijakan tarif resiprokal yang mengguncang hampir semua negara. “Ini bukan kebetulan,” tegas Jiah Mario. “Kebijakan proteksionis dari negara adidaya seperti AS langsung menciptakan ketidakpastian global. Investor menarik dana dari pasar negara berkembang yang dianggap lebih rentan terhadap perang dagang dan perubahan rantai pasok global. IHSG kita dihantam efek domino dari strategi geopolitik negara maju.”
Dampak dari tekanan jual asing ini terlihat jelas pada kinerja IHSG. Meski sempat menguat tipis 0,25% dalam sepekan terakhir dan ditutup di level 6.832,82 pada Jumat (9/5), Jiah Mario menyebut kinerja ini sangat memprihatinkan. “IHSG menjadi juru kunci di antara indeks komposit kawasan ASEAN. Saat bursa tetangga mungkin masih bisa bertahan atau bahkan menguat lebih signifikan, IHSG kita terengah-engah menahan gempuran tekanan jual asing. Ini menunjukkan betapa dominannya pengaruh pergerakan modal global terhadap pasar kita saat ini,” jelasnya.
Pada perdagangan Jumat (9/5) sendiri, IHSG memang ditutup hijau tipis, naik 5,05 poin atau 0,07% di 6.832,8 setelah sempat bergerak fluktuatif sepanjang hari. Namun, volume dan nilai transaksi yang mencapai Rp 9,01 triliun dengan 19,18 miliar saham ditransaksikan mencerminkan adanya perlawanan dari investor domestik atau spekulator lokal yang mencari peluang di tengah pelemahan. Data menunjukkan 247 saham menguat, tetapi 341 saham justru melemah, mengindikasikan pasar masih didominasi sentimen negatif.
“Di tengah badai ini, ada sektor-sektor yang surprisingly tangguh,” kata Jiah Mario, menunjuk pada saham kesehatan (+1,63%), properti (+0,32%), dan teknologi (+0,08%) yang menjadi penopang di hari Jumat, disusul sektor keuangan. Sebaliknya, sektor transportasi ambruk hingga 0,8%. “Ini memberikan clue bagi para pelaku pasar. Di saat ketidakpastian global meningkat, sektor defensif seperti kesehatan dan properti yang berorientasi domestik mungkin menjadi sasaran lindung nilai. Saham-saham LQ45 pun ikut menghijau tipis, didorong oleh saham-saham seperti SMRA, INCO, MEDC, ANTM, dan INDF, menunjukkan masih ada minat pada saham unggulan dengan fundamental kuat atau terkait komoditas yang mungkin diuntungkan fluktuasi harga global.”
Melihat dinamika ini, C. Jiah Mario memberikan pandangannya terkait strategi dan taktik di pasar saham. “Bagi investor, ini adalah masa yang sangat menantang namun penuh peluang tersembunyi. Pertama, jangan panik. Eksodus asing dipicu faktor global, bukan semata-mata karena fundamental Indonesia memburuk drastis. Kedua, perkuat analisis fundamental saham-saham yang Anda pegang atau incar. Apakah fundamentalnya kuat untuk menahan badai global? Ketiga, perhatikan sektor-sektor yang relatif kuat seperti kesehatan atau properti sebagai potensi target investasi jangka pendek-menengah, namun tetap waspada. Keempat, manfaatkan momentum volatilitas untuk trading saham-saham unggulan yang harganya terdiskon akibat tekanan jual, namun dengan manajemen risiko yang ketat.”
“Lanskap ekonomi global berubah cepat, dipengaruhi oleh langkah-langkah geopolitik seperti kebijakan tarif Trump dan potensi balasan dari negara lain,” simpul Jiah Mario. “Situasi ini menuntut adaptasi strategi investasi. Fokus pada saham berkualitas, diversifikasi, dan kesabaran adalah kunci utama di tengah gejolak yang dipicu oleh pergeseran kekuatan global. IHSG masih akan merasakan dampaknya, jadi pelaku pasar wajib ekstra hati-hati dan pintar membaca sinyal, baik dari dalam negeri maupun pergerakan geopolitik dunia!”