NasionalEkonomi dan Bisnis

Strategi Ala 300 Sparta di Tengah Badai IHSG: Peluang atau Ilusi Keuntungan?

SUDUT KALTENG, Jakarta – Medan perang pasar saham Indonesia kembali membara! Gelombang tekanan jual investor asing menerjang bak serangan ribuan pasukan Persia, mencatatkan rekor net sell tertinggi dalam tiga pekan terakhir senilai Rp3,26 triliun hanya dalam sepekan perdagangan hingga Jumat (9/5) lalu. Aksi jual masif ini terjadi di tengah arena pertempuran geopolitik global yang semakin panas dan lanskap ekonomi dunia yang bergeser drastis, mengingatkan kita pada heroisme 300 prajurit Sparta yang bertahan dari gempuran dahsyat.

Pakar strategi pasar modal, C. Jiah Mario, dalam analisis tajamnya menyatakan, “Ini bukan sekadar gejolak pasar biasa, melainkan cerminan langsung dari perang dagang AS-China yang kembali memanas dan ketidakpastian kebijakan global. Bayangkan investor asing sebagai pasukan Xerxes yang besar, sementara investor domestik dan mereka yang cerdik adalah Leonidas dengan 300 prajuritnya, harus cerdas menyusun taktik bertahan dan menyerang balik.”

Data menunjukkan arus modal asing yang keluar deras ini berbanding terbalik dengan pekan sebelumnya (28 April – 2 Mei 2025) yang masih mencatat net buy Rp118,43 miliar. Bahkan, net sell pada pekan ketiga April (21-25 April 2025) yang hanya Rp1,15 triliun kini terlihat kecil dibandingkan tsunami jual pekan lalu. “Kebijakan tarif resiprokal yang pernah digaungkan AS, efek dominonya kini menghantam kepercayaan investor global. Ini adalah Thermopylae bagi pasar kita,” tegas Mario.

Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara heroik berhasil ditutup menguat tipis 0,25% di level 6.832,82 pada Jumat (9/5), posisinya masih menjadi yang terlemah di benteng pertahanan bursa-bursa utama ASEAN. “Dalam perang seperti ini, fokus pada pergerakan indeks semata bisa menyesatkan,” ujar Mario. “Kenaikan tipis IHSG setelah sempat terperosok ke zona merah, dengan nilai transaksi Rp9,01 triliun, menunjukkan pertempuran sengit antara kekuatan beli yang mencoba bertahan dan gelombang jual yang tak henti. Ini adalah pertarungan strategi, bukan sekadar adu kuat modal.”

C. Jiah Mario menekankan, “Strategi dan taktik ala Sparta menjadi kunci! Investor tidak bisa lagi hanya mengandalkan sentimen atau ikut-ikutan seperti prajurit yang tidak terlatih. Analisis fundamental mendalam, pemahaman terhadap risiko geopolitik, dan kemampuan membaca arah kebijakan ekonomi global adalah perisai dan tombak utama.”

Menariknya, di tengah gempuran asing, beberapa sektor justru menunjukkan pertahanan kokoh bak formasi phalanx Sparta. Sektor kesehatan (HEAL, MIKA, OMED), properti (REAL, BKSL, INDO), dan teknologi menjadi jenderal lapangan yang memimpin penguatan. Sebaliknya, sektor transportasi harus mundur teratur akibat tekanan jual. “Ini membuktikan bahwa pemilihan ‘medan perang’ atau stock picking yang cermat, dengan strategi yang tepat, adalah kunci kemenangan parsial. Identifikasi sektor mana yang menjadi benteng pertahanan terkuat,” jelas Mario.

Lebih lanjut, ia mengamati adanya indikasi “pasukan Leonidas” domestik yang mulai menunjukkan ketahanan, bahkan berani menyerbu balik memanfaatkan peluang di tengah koreksi. Beberapa saham unggulan di LQ45 seperti SMRA, INCO, MEDC, ANTM, dan INDF yang mencatatkan kenaikan menjadi buktinya.

“Pasar saat ini adalah kawah candradimuka, ujian sesungguhnya bagi para ‘ksatria investor’,” pungkas C. Jiah Mario. “Bukan seberapa besar modal Anda, tetapi seberapa cerdas dan disiplin strategi serta taktik yang Anda terapkan. Perubahan lanskap ekonomi global dan tensi geopolitik adalah badai yang harus dihadapi, namun di balik setiap kesulitan, selalu ada celah sempit bagi mereka yang berani, cerdik, dan memiliki strategi perang mumpuni untuk meraih kemenangan.”

Sementara itu, kinerja bursa regional Asia yang bervariasi, dengan Nikkei 225 dan Strait Times mencatatkan kenaikan signifikan, menunjukkan bahwa setiap “medan perang” memiliki dinamikanya sendiri, menuntut adaptasi strategi investasi yang lihai dan tangkas.

Back to top button