NasionalPeristiwa

Paus AS Pertama di Tahta Suci: Akankah Solidaritas untuk Palestina Berlanjut?

Vatikan –Dunia kini dibuat penasaran, arah kebijakan seperti apa yang akan diambil oleh Paus Leo XIV? Terpilihnya Kardinal Robert Francis Prevost dari Chicago sebagai Paus pertama dari Amerika Serikat mengguncang Vatikan dan memicu pertanyaan besar, terutama terkait isu global yang mendalam, konflik Israel-Palestina.

Publik tak sabar menanti, akankah Paus Leo XIV meneruskan jejak pendahulunya, Paus Fransiskus, yang dikenal lantang membela Palestina? Mendiang Paus Fransiskus tak hanya sekali dua kali menunjukkan keberpihakannya pada rakyat Palestina. Ia rutin berkomunikasi dengan umat Katolik di Gaza yang terus dihantam agresi Israel sejak Oktober 2023. Bentuk empatinya pun konkret, mulai dari panggilan telepon yang menghangatkan hati hingga sumbangan “popemobile” untuk membantu klinik keliling di tengah reruntuhan Gaza.

Lantas, bagaimana dengan Paus Leo XIV? Sorot mata dunia kini tertuju padanya. Selama ini, memang belum banyak pernyataan publiknya yang secara spesifik menyinggung situasi mencekam di Gaza. Namun, rekam jejaknya menyimpan catatan menarik. Ia pernah tanpa ragu mengkritisi kebijakan imigrasi ketat Donald Trump dan lantang menentang deportasi massal imigran di Amerika Serikat. Sikap ini memunculkan harapan bahwa ia memiliki kepedulian terhadap isu kemanusiaan dan keadilan global.

Di tengah duka yang mendalam dan perjuangan yang tak kunjung usai, terpilihnya Paus Leo XIV membawa secercah harapan bagi komunitas kecil umat Kristiani di Gaza. Mereka menyambut gembira nahkoda baru Gereja Katolik ini, menaruh asa agar perhatian dan dukungan untuk Palestina, yang selama ini diberikan Paus Fransiskus, akan terus mengalir.

“Kami senang atas terpilihnya Paus. Kami berharap hatinya akan tetap bersama Gaza seperti Paus Fransiskus,” ujar George Antone, kepala komite darurat di Gereja Keluarga Kudus, Gaza, menyiratkan kerinduan akan kelanjutan solidaritas.

Harapan serupa juga datang dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Ia tak ketinggalan menyampaikan ucapan selamat dan harapan agar Paus Leo XIV mewarisi perjuangan pendahulunya demi bangsa Palestina. Bahkan, kelompok Hamas pun turut menitipkan harapan agar Paus baru ini terus membela kaum tertindas dan menolak segala bentuk penindasan, termasuk apa yang mereka sebut sebagai genosida di Gaza.

Gereja Keluarga Kudus di Gaza saat ini bukan hanya menjadi tempat ibadah bagi sekitar 450 umat Kristiani, tetapi juga menjadi rumah aman bagi lansia dan anak-anak, termasuk 30 warga Muslim yang mencari perlindungan dari ganasnya konflik. Di tengah situasi yang serba sulit, harapan akan perdamaian dan keadilan terus membara dalam hati mereka.

Mata dunia kini benar-benar tertuju pada Paus Leo XIV. Akankah ia membawa angin segar bagi Gereja Katolik dan peta politik global? Bagaimana ia akan menyikapi isu-isu kemanusiaan mendesak, terutama tragedi yang terus menghantam Palestina? Waktu akan menjadi hakim yang sesungguhnya. Namun satu hal pasti, terpilihnya Paus pertama dari Amerika Serikat ini telah resmi membuka lembaran baru dalam sejarah kepemimpinan Gereja Katolik Roma yang mendunia. Proses pemilihan tertutup yang penuh ketegangan akhirnya mengantarkan Kardinal Robert Francis Prevost menduduki takhta suci sebagai Paus Leo XIV, menggantikan Paus Fransiskus yang sangat dicintai.

Pengumuman pada Kamis (8/5) sore waktu Vatikan ini sontak menjadi berita utama di seluruh penjuru dunia. Bagaimana tidak? Paus ke-267 ini, yang sebelumnya dikenal sebagai Kardinal dari Chicago, mencatatkan dirinya dalam sejarah sebagai Paus pertama yang berasal dari Negeri Paman Sam! Terpilihnya sosok yang dikenal dekat dengan mendiang Paus Fransiskus ini, setelah melalui tiga putaran conclave yang dimulai sejak Rabu (7/5), tentu saja memunculkan berbagai spekulasi dan harapan di kalangan umat Katolik dan masyarakat internasional.

Back to top button