NasionalPeristiwa

Strategi ‘Pembunuh’ AI China dari Koalisi Raksasa AS!

Washington D.C. – Sebuah aliansi tak terduga terbentuk di jantung industri teknologi Amerika Serikat! Para pemimpin perusahaan AI terbesar dunia, termasuk CEO OpenAI Sam Altman, nahkoda AMD Lisa Su, bos CoreWeave Michael Intrator, dan petinggi Microsoft Brad Smith, kompak menyampaikan pesan ‘perang’ di hadapan Senat AS. Mereka menyerukan langkah-langkah drastis untuk memastikan Amerika tetap unggul dalam perlombaan kecerdasan buatan (AI) melawan rival beratnya, China.

Dalam sidang dengar pendapat yang digelar Kamis (8/5) waktu setempat, para ‘titan’ teknologi ini tanpa ragu menyatakan bahwa Washington harus bergerak cepat memperkuat infrastruktur digital negara Paman Sam. Tujuannya satu: melibas dominasi Beijing yang kian mengancam.

Gelombang kekhawatiran ini dipicu oleh kemunculan DeepSeek, inovasi AI ‘made in China’ yang mengguncang lanskap teknologi global. Tak hanya itu, raksasa telekomunikasi Huawei juga semakin agresif mengembangkan chip AI super canggih, berpotensi menelikung posisi Nvidia di tengah tensi perang dagang AS-China yang tak kunjung mereda.

Industri teknologi AS tak tinggal diam. Mereka menjadikan perkembangan pesat AI China ini sebagai amunisi utama dalam negosiasi kebijakan dengan pemerintahan Trump. Permintaan mereka jelas: pelonggaran pembatasan ekspor chip AI! Menurut para bos raksasa teknologi ini, menyebarkan adopsi AI secara global justru krusial bagi kepentingan nasional AS.

“Faktor nomor satu yang akan menentukan apakah AS atau China memenangkan perlombaan ini adalah teknologi siapa yang paling banyak diadopsi di seluruh dunia,” tegas Presiden Microsoft Brad Smith, seperti dikutip dari Reuters pada Jumat (9/5/2025).

Smith bahkan mengungkapkan kekhawatiran mendalam terkait potensi propaganda China dan kebocoran data pribadi melalui teknologi AI mereka. Hal inilah yang mendorong Microsoft untuk melarang karyawannya menggunakan DeepSeek. “Pelajaran dari Huawei dan 5G adalah siapa pun yang sampai di sana lebih dulu akan sulit digantikan,” imbuhnya, merujuk pada kekhawatiran AS terhadap potensi spionase melalui perangkat Huawei.

Laporan Reuters bulan lalu juga mengungkap bahwa Huawei tengah gencar mengirimkan chip AI canggih dalam skala besar kepada pelanggan di China, memanfaatkan celah di tengah blokade ketat terhadap chip Nvidia.

Senada dengan Smith, CEO OpenAI Sam Altman menyoroti potensi luar biasa AI dalam mendorong kemajuan sosial melalui inovasi yang dipimpin oleh AS. Namun, ia menekankan urgensi investasi besar-besaran dalam infrastruktur kritikal, terutama pembangunan data center yang lebih banyak dan berkapasitas raksasa, untuk mengakselerasi pengembangan AI.

Lebih lanjut, Smith menambahkan bahwa untuk memenangkan persaingan global ini, AS juga perlu fokus pada edukasi untuk mendorong adopsi AI di berbagai sektor, pelatihan talenta-talenta AI masa depan, serta dukungan penuh terhadap penelitian dan pengembangan AI.

Sementara itu, Komite Perdagangan Senat AS, di bawah kepemimpinan Senator Republik Ted Cruz, telah mengumumkan rencana untuk meringankan tantangan regulasi yang menghambat pengembangan AI di AS. Langkah ini jelas merupakan respons langsung terhadap kekhawatiran para pemimpin industri teknologi.

Back to top button