UmumEkonomi dan Bisnis

Kejutan di Bursa: Direktur PAMG Borong Saham NICL, Harga Saham Terbang Tinggi! Ada Apa Gerangan?

Jakarta – Sebuah manuver mengejutkan terjadi di lantai bursa pada Selasa (29/4) kemarin. Christopher Sumanto Tjia, Direktur Utama emiten tambang PT Bima Sakti Pertiwi Tbk (PAMG), terpantau menambah kepemilikannya secara signifikan di PT PAM Mineral Tbk (NICL). Aksi korporasi ini sontak memicu lonjakan harga saham NICL hingga menyentuh batas atas auto rejection (ARA)!

Berdasarkan keterbukaan informasi resmi dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Christopher Sumanto Tjia menggelontorkan dana tak kurang dari Rp 3,5 miliar untuk membeli 6.366.400 lembar saham NICL di harga Rp 550 per saham. Transaksi yang dilakukan pada 28 April 2025 ini, menurut keterangan Corporate Secretary NICL Febria Alfinda Nasution, bertujuan untuk investasi pribadi.

Langkah strategis ini meningkatkan kepemilikan Christopher di NICL dari semula 17,7 juta lembar (0,166%) menjadi sekitar 24 juta lembar saham atau setara dengan 0,226% dari total saham beredar NICL.

Efek Domino: Harga Saham NICL Meroket 25%!

Reaksi pasar terhadap aksi borong saham ini sungguh luar biasa. Pada perdagangan Selasa (29/4), harga saham NICL melesat tajam sebesar 25% atau Rp 120 ke level Rp 600 per saham. Lonjakan ini juga diiringi dengan peningkatan volume perdagangan yang signifikan, mencapai 23,88 juta lembar saham, jauh melampaui rata-rata volume harian sebelumnya yang hanya 6,14 juta lembar.

Lantas, Apa yang Membuat Saham NICL Begitu Menarik?

Kenaikan harga saham NICL ini tentu bukan tanpa alasan. Beberapa faktor fundamental dan potensi menarik dari emiten ini patut untuk dicermati. Pertama, kinerja Keuangan Kinclong, pada kuartal pertama tahun 2025, NICL mencatatkan pertumbuhan penjualan yang fantastis, melonjak hampir lima kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, mencapai Rp 543,9 miliar. Tak hanya itu, laba bersih perusahaan juga meroket menjadi Rp 193,1 miliar dengan margin laba bersih yang menggiurkan, sekitar 36%.

Kedua, valuasi Menarik, dengan harga saham saat ini di level Rp 600, kapitalisasi pasar NICL berada di kisaran Rp 6,38 triliun. Menariknya, rasio PER forward saham ini berada di level yang relatif rendah, sekitar 8,3 kali, dan rasio EV/EBITDA forward juga atraktif di angka 5,6 kali. Ini mengindikasikan bahwa saham NICL masih memiliki ruang untuk pertumbuhan.

Ketiga, potensi Dividen Menggiurkan, berdasarkan estimasi laba untuk sepanjang tahun 2025 yang diproyeksikan mencapai Rp 770 miliar, NICL berpotensi membagikan dividen sebesar Rp 230 miliar atau sekitar Rp 22 per saham. Jika proyeksi ini terealisasi, dividend yield saham NICL bisa mencapai sekitar 3,7%, sebuah angka yang cukup menarik bagi para investor pemburu dividen.

Analisis Peluang dan Tantangan Saham NICL Kedepan

Untuk mendapatkan pandangan yang lebih mendalam mengenai prospek saham NICL kedepan, kami menghubungi analis pasar modal terkemuka, C. Jiah Mario. Menurutnya, langkah Direktur Utama PAMG menambah kepemilikan saham NICL bisa menjadi sinyal positif bagi investor.

“Aksi insider buying, apalagi dilakukan oleh seorang direktur utama, seringkali diinterpretasikan sebagai keyakinan manajemen terhadap prospek perusahaan kedepan. Kinerja keuangan NICL yang solid pada kuartal pertama juga menjadi daya tarik utama,” ujar C. Jiah Mario.

Lebih lanjut, C. Jiah Mario menyoroti beberapa faktor kunci yang diperkirakan akan memengaruhi kinerja perusahaan ke depan. Salah satu peluang utama yang terbentang di hadapan NICL adalah kenaikan harga komoditas nikel. Sebagai produk andalan perusahaan, tren kenaikan harga nikel di pasar global berpotensi besar untuk meningkatkan pendapatan dan profitabilitas NICL secara signifikan.

Selain itu, potensi ekspansi bisnis menjadi pendorong pertumbuhan yang menjanjikan. Langkah NICL untuk merambah sektor hilirisasi nikel atau mengembangkan proyek-proyek baru dapat menjadi katalis positif yang memperkuat kinerja perusahaan dalam jangka panjang.

Sentimen pasar yang positif juga menjadi angin segar bagi NICL. Terutama setelah adanya aksi pembelian saham oleh pihak internal (insider buying) dan laporan kinerja keuangan yang memuaskan, kepercayaan investor terhadap prospek perusahaan tampak meningkat. Hal ini berpotensi untuk terus mendorong kenaikan harga saham NICL di pasar modal.

Kendati demikian, NICL juga perlu mewaspadai sejumlah tantangan yang ada. Volatilitas harga komoditas, khususnya nikel, menjadi perhatian utama. Harga komoditas dikenal sangat fluktuatif dan dipengaruhi oleh berbagai faktor global. Penurunan harga nikel dapat menjadi risiko nyata yang dapat menggerus kinerja keuangan perusahaan.

Perubahan regulasi pemerintah terkait sektor pertambangan dan ekspor komoditas juga menjadi faktor eksternal yang perlu diantisipasi oleh NICL. Kebijakan-kebijakan baru dari pemerintah dapat secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi operasional dan profitabilitas perusahaan.

Terakhir, tingkat persaingan yang tinggi dalam industri pertambangan nikel menuntut NICL untuk terus berinovasi dan meningkatkan efisiensi operasionalnya. Kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisinya di pasar akan sangat bergantung pada daya saingnya.

Secara keseluruhan, PT NICL memiliki potensi pertumbuhan yang menarik didukung oleh tren harga komoditas yang positif, peluang ekspansi bisnis, dan sentimen pasar yang kuat. Namun, perusahaan juga perlu secara proaktif mengelola risiko yang berasal dari volatilitas harga, perubahan regulasi, dan persaingan industri yang ketat untuk memastikan keberlanjutan kinerja yang positif di masa depan.

Pantau Terus Pergerakan Saham NICL!

Aksi borong saham oleh Direktur Utama PAMG dan lonjakan harga saham NICL menjadi sorotan menarik di pasar modal. Kinerja keuangan yang solid dan valuasi yang relatif menarik menjadikan saham ini patut untuk diperhatikan.

Namun, investor juga perlu mencermati berbagai peluang dan tantangan yang ada sebelum mengambil keputusan investasi. Pergerakan harga komoditas dan kebijakan pemerintah akan menjadi faktor kunci yang mempengaruhi kinerja dan prospek saham NICL kedepan. (SK-1)

Disclaimer: Analisis ini bersifat informatif dan bukan merupakan saran investasi. Investor disarankan untuk melakukan riset dan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.

Back to top button