
Saham NICL Meledak! Laba Meroket 1000% Lebih, Ada Apa Gerangan?
Jakarta – Bursa saham Tanah Air kembali dikejutkan dengan performa luar biasa dari PT PAM Mineral Tbk (NICL). Dalam sekejap, harga saham emiten tambang nikel ini terbang tinggi hingga 23,33% hanya dalam 24 jam terakhir, mencapai level Rp715! Lonjakan ini terjadi di tengah aktivitas perdagangan yang menggila, dengan rata-rata volume harian mencapai 7,43 juta lembar dan puncaknya pada 29 April 2025 menyentuh 23,88 juta saham dengan kenaikan harga 25% ke Rp600. Tak tanggung-tanggung, nilai transaksi saham NICL pun menyentuh angka fantastis Rp72,65 miliar.
Lantas, badai sentimen positif apa yang menerjang NICL hingga membuatnya menjadi primadona di pasar modal? Usut punya usut, performa harga saham yang meroket ini sejalan dengan laporan keuangan yang bikin geleng-geleng kepala. Bayangkan saja, laba bersih NICL pada kuartal pertama tahun 2025 melesat hingga 1.473,69% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya! Angka ini jauh melampaui ekspektasi banyak pihak, dari hanya Rp 12,27 miliar menjadi Rp 193,13 miliar.
Menurut C. Jiah Mario, seorang analis pasar modal, kenaikan laba yang super signifikan ini jelas menjadi katalis utama pergerakan harga saham NICL. Pasar merespons positif fundamental perusahaan yang menunjukkan pertumbuhan eksponensial.
Lebih lanjut, C. Jiah Mario menyoroti bahwa penjualan NICL juga mengalami lonjakan luar biasa, mencapai Rp 543,91 miliar atau naik 365,68% secara tahunan. Volume penjualan nikel perusahaan pun ikut terkerek naik 346,98% menjadi 995.834 wet metric ton (wmt). “Ini menunjukkan bahwa NICL berhasil memanfaatkan momentum pasar dan meningkatkan efisiensi operasionalnya,” imbuhnya.
Namun, apa kaitan performa ciamik NICL ini dengan peta geopolitik dan ekonomi global, terutama rivalitas dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China?
C. Jiah Mario menjelaskan bahwa permintaan nikel global, terutama untuk industri baterai kendaraan listrik (EV), terus meningkat. Baik AS maupun China berlomba-lomba untuk mengamankan pasokan nikel sebagai material kunci dalam ambisi mereka mengembangkan ekosistem EV masing-masing.
“Perang dagang dan persaingan teknologi antara AS dan China secara tidak langsung dapat memberikan keuntungan bagi produsen nikel di luar kedua negara tersebut, termasuk Indonesia. Ketika rantai pasok global terfragmentasi akibat tensi geopolitik, negara-negara dengan sumber daya alam strategis seperti nikel akan semakin dilirik,” ujar C. Jiah Mario.
Indonesia, sebagai salah satu produsen nikel terbesar dunia, memiliki posisi tawar yang kuat. Kebijakan hilirisasi nikel yang diterapkan pemerintah Indonesia juga semakin meningkatkan nilai tambah ekspor dan daya saing perusahaan-perusahaan seperti NICL.
“Lonjakan laba NICL bisa jadi merupakan indikasi awal bagaimana perusahaan tambang nikel Indonesia mampu memanfaatkan peluang dari meningkatnya permintaan global dan dinamika geopolitik yang sedang berlangsung,” pungkas C. Jiah Mario.
Tentu saja, kenaikan harga saham yang begitu signifikan perlu dicermati dengan seksama. Investor disarankan untuk tetap berhati-hati dan melakukan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi. Namun, performa luar biasa NICL ini jelas menjadi cerita menarik di tengah lanskap pasar modal yang dinamis, sekaligus memberikan secercah harapan bagi potensi sektor pertambangan Indonesia di kancah global. Akankah tren positif ini terus berlanjut? Pasar akan terus memberikan jawabannya. (SK-1)
Disclaimer: Analisis ini bersifat informatif dan bukan merupakan saran investasi. Investor disarankan untuk melakukan riset dan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.